Mohon tunggu...
Andi Eka Prima
Andi Eka Prima Mohon Tunggu... Guru - Blog Pribadi

Andi Eka Prima, S.Pd.M.Pd Lahir di Kab.Banyuwangi 27 April 1988. Dari pasangan Bpk Hadi Suwoto dan Ibu Jumaiyah Ismiyati. Pendidikan pertama di tempuh di TK Khotidjah 14 lulus pada tahun 1995 lalu kemudian MI Miftahul Huda lulus tahun 2000, MTs Miftahul Huda lulus 2003. Kemudian Melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember lulus 2006, sempat mempuh kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri jember tahun 2006 - 2012 Dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). kemudian di tahun 2014 melanjutkan program studi Magister S2 di Universitas Islam Malang lulus tahun 2017 dan memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris. karya ilmiah yang sempat di tulis yaitu Improving students' Speaking using Brocure (journal skripsi), Teaching Speaking using Visual Narrative (thesis Journal), Minat Belajar Bahasa Inggris Masyarakat dan Pertumbuhan Pariwisata (Radar Banyuwangi), serta Students' Needs Learning English as Second Language for Engineering Program Vocational High School research ).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa dan Budaya Lingkungan Masyarakat Wuluhan Jember

7 Maret 2022   11:38 Diperbarui: 13 Maret 2022   22:10 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya (boso) diatas ini mungkin sudah jarang lagi terdengar dari mulut para generasi muda saat ini. Generasi muda kita lebih banyak menyerap  kata yang terkadang menurut aturan tutur bahasa sudah tidak mencerminkan sikap anak dengan orang tua, guru dengan murid serta masyarakat dengan lingkunganya lagi. Sehingga ini menjadi kebiasaan yang seharusnya betul betul menjadi perhatian dan yang perlu disikapi oleh para orang tua, lingkungan maupun pendidikan. 

Peran orang tua sangat penting mereka punya kewajiban untuk mengembalikan nilai luhur yang ada yang lebih pentingnya lagi adalah mengajarkan bahasa jawa (Kromo Inggil sejak dini) supaya  anak cucu kita kelak bisa mengenal budaya asli sebagai orang Jawa, sehingga dengan demikian kalau sudah faham akan pentingnya tepo seliro, tutur kata yang bagus maka anak cucu kita bisa berkomunikasi dengan baik termasuk dalam keluarga maupun lingkunganya.

 Dalam thesisnya Gayes Mahestu:2012  menerangkan bahwa "Manusia sebagai makhluk berbudaya serta makhluk yang bisa memahami cara berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai simbol melalui jalinan intersaksi sosial yang terjadi".  Oleh karenanya, Masyarakat di Dusun Krajan, Kec. Wuluhan Jember memiliki cara guna melestarikan kegiatan di lingkungan sekitarnya. 

bukti bahwa di desa ini kaya akan budaya yaitu dengan adanya  budaya lokal dan bahasa khususnya bahasa madura, dan Jawa. Sebagai daerah yang saling berdampingan antara suku Madura dan jawa keduanya menyatu dan berbaur dalam kegiatan baik itu keagamaan, pendidikan dan bersih desa. 

Ini  merupakan dua hal yang masih tetap terjaga dan  kelestarian budayanya serta dibuktikan dengan beberapa tempat maupun sekolah -- sekolah yang masih mengajarkan rutinitas agama yakni sholat duha, bahasa jawa, dan Madura meski hanya muatan lokal saja. 

Disamping itu banyak sekolah sekolah diantanya SMP, SMA, SMK mengajarkan seni tari- seperti tari gandrung sebagai ekstrakulikulernya. Masyrakat yag begitu aktif dalam keagamaan terutama sholat jamaah rutin lima waktu tetap terjaga. Tujuan dari pada mengenalkan budaya lokal agar anak-anak dapat mengenal apa itu budaya? bagaimana bahasa jawa ngoko itu sendiri? Bagaimaan bahasa Madura itu sendiri dan bagaimana melafalkan serta memahami tata cara penulisanya,

 Kemudian ada lagi bukti lain yaitu adanya perayaan perayaan yang masih diadakan setiap tahunnya, misal sebelum musim pandemi covid 19 terdapat rangkaian kegiatan kegiatan yang di adakan masyrakat desa Wuluhan antara lain bersih desa, pertunjukan wayang setiap malam satu syuro, kegiatan yasina antar rumah ke rumah setiap malam jum'at, lalu kemudian setiap tahunya diadakan aneka perlombaan dibulan agustus sampai September seperti carnafal dan masih banyak perlombaan lainnya. 

Begitu juga dengan perayaan keagamaan seperti Maulid Nabi Mohammad Saw, Iedul Fitri, Iedul Adha, Natal, meski kedua agama ini hidup berdampingan masayarakat desa wuluhan selalu bergotong royong dan saling menghargai satu sama lain, ini membuktikan bahwa adanya sebuah kemajemukan masyarakat yang masih terjaga. 

Tradisi ini dimaksudkan untuk mewujudkan agar rasa dan jiwa karsa berbudaya di hati masayarakat selalu tumbuh. Itulah bentuk keseriusan pemerintah desa dalam mewujudkan manusia yang berbudaya walaupun kini budaya kita telah terdegradasi dengan budaya asing, dimana generasi penerus kita lebih banyak main game, youtube, tiktok dari pada ikut serta dalam kegiatan masyarakat sehingga melupakan akan pentingnya bermasyarakat bahkan melupakan yang seharusnya menjadi kewajiban seperti melupakan waktu sholat dan lain lain karena asyiknya bermain gadget, meski demikian masyarakat masih bisa mempertahankan budaya leluhurnya dan tetap melestarikanya. 

Tidak bisa dipungkiri memang yang harus kita perhatikan sejak dini ialah perubahan psikis serta tingkah laku generasi kita yang selama ini tidak bisa lepas dari yang namanya benda elektronik seperti "smartphone'  kebiasaan kebiasaan  ini cenderung membuat seorang anak lupa akan kewajiban pada umumnya seperti belajar, makan, kurangnya perhatian pada keluarga, dan teman - temanya, serta minimnya rasa tanggung jawab didalam diri akibat terlalu seringnya mengoperasikan smartphone tersebut. Misalnya bermain handphone pada saat pelajaran atau ketika disuruh orang tua semua diabaikanya karena lebih mementingkan handphonnya.

 Penggunaan alat yang terlalu berlebihan juga dapat merusak pola pikir perkembangan anak. Akibatnya penggunaan teknologi yang tidak semestinya atau overuse penggunaan yang berlebihan ini menyebabkan sikap anak menjadi keras atau diluar batas  kewajaran  contoh: anak menjadi anti sosial/ introvert.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun