Melawan Tekanan Urban
Di sinilah lahir konsep "balas dendam manusia perkotaan." Bukan balas dendam yang destruktif, melainkan perlawanan positif terhadap tekanan hidup di kota.Â
Kota menantang kita dengan polusi, kita menjawab dengan taman hijau. Kota membuat kita kesepian, kita menjawab dengan komunitas. Kota membuat biaya hidup tinggi, kita menjawab dengan inovasi.
Sustainable Development Goals (SDGs) hadir sebagai koalisi yang tepat untuk perlawanan ini. Nilai-nilainya sejalan dengan upaya menciptakan kota yang lebih manusiawi. Dan di Surabaya, beberapa potret balas dendam positif ini mulai terlihat.
Â
Urban Farming, Balas Dendam pada Ruang Sempit
Kota modern identik dengan ruang sempit dan mahalnya harga pangan. Warga Surabaya menjawabnya dengan urban farming.
Hingga 2025, tercatat sekitar 130 kelompok tani urban farming tersebar di berbagai kelurahan Surabaya. Mereka menanam sayur, cabai, hingga buah di atap rumah, balkon, dan lahan sempit di lingkungan sekitar. Selain itu, masih ada 35 kelompok tani konvensional yang menanam padi dan jagung di pinggiran kota.
 "Kalau petani konvensional biasanya lebih banyak ke tanaman pangan, seperti menanam padi dan jagung," cerita Antiek, warga Surabaya yang aktif mengelola kebun komunitas (Surabaya.go.id, 2025).
 Urban farming bukan sekadar cara memenuhi kebutuhan pangan, tapi juga balas dendam sederhana pada ruang kota yang terbatas. Aksi ini selaras dengan SDG 11 Kota dan Pemukiman Berkelanjutan, yang mendorong kota hijau, sehat, dan mandiri.
Â