Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Desa, Pusaka Indonesia

17 Februari 2024   19:37 Diperbarui: 23 Februari 2024   13:17 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.pexels.com/Asad Photo Maldives 

"Tuhan menciptakan desa dan manusia menciptakan kota." - William Cowper 

Desa adalah miniatur Indonesia. Akar sejarah Republik Indonesia berawal dari desa-desa. 

Kerajaan Majapahit bermula dari desa kecil di Mojokerto, Kerajaan Demak Bintoro berasal dusun kecil bernama Glagah Wangi, dan Kerajaan Mataram juga bermula dari sebuah dusun di wilayah hutan Mentaok. 

Melansir Republika.com (2023), sebanyak 49 persen dari total keseluruhan masyarakat Indonesia tinggal di desa. 

Hal ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam sebuah acara di Jakarta (11/7/2023). 


Artinya jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di kota dan di desa hampir sama besarnya. 

Dalam catatan singkat ini kita tak akan membahas kota lebih jauh, desa dengan segala dimensinya kita kulik dengan bergembira.

Potensi desa 

Masyarakat desa umumnya adalah masyarakat yang mandiri. 

Pasalnya hampir semua kebutuhan pokok untuk bertahan hidup tersedia di desa. 

Selain itu, desa memiliki sejumlah potensi besar yang dapat dimaksimalkan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. 

Adapun diantaranya adalah potensi alam dan potensi budaya. Potensi alam desa terpotret dalam usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. 

Sementara potensi budaya terlihat jelas dalam seni tari, musik, kerajinan budaya, dan kuliner.

Sebuah contoh inspiratif datang dari Desa Pujon Kidul, Malang yang erat dengan program agrowisatanya. 

Desa ini mengembangkan ekosistem pedesaan yang memberikan edukasi, pengalaman bercocok tanam, serta pembuatan produk olahan pertanian berkualitas. 

Kemudian juga ada Desa Panglipuran, Bali yang menawarkan untuk para wisatawan menikmati arsitektur rumah tradisional dengan muatan budaya yang memikat.

Merawat desa 

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merawat sebuah desa. 

Mulai dari bersih desa, kegiatan pertemuan rutin, dan berbagai kegiatan sebayanya. 

Namun hari ini, dunia sedang kegirangan menghadapi arus digitalisasi. 

Ruang tidur yang dulunya privasi, kini sudah lazim menjadi konsumsi publik dengan adanya fitur life streaming dari berbagai platform social media. 

Tentu lazimnya sebagai manusia yang sadar akan gerak zaman kita harus beradaptasi agar tak terlindas oleh roda zaman. 

Desa sebagai sebuah rumah besar bagi komunitas masyarakat saya pandang perlu untuk bertahan dan mengadaptasikan diri dengan terpaan arus digitalisasi. 

Jepang sebagai salah satu negara yang maju di dunia memiliki sebuah program bernama "Smart Village" yang isinya adalah pengembangan infrastruktur digital, pengembangan layanan digital, dan penataan sumber daya manusia yang sadar digital. 

Dari pembacaan fakta ini, saya berpikir jika seandainya desa-desa di Indonesia ingin tetap eksis di dunia. 

Maka tentu harus beradaptasi dengan arus digital yang kian tak mampu terbendung. 

Beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan oleh pengelola desa dan saya kira efektif untuk dapat survive dalam era ini adalah sebagai berikut; 

Pertama, membuat profil desa yang dikemas dalam produk digital kekinian seperti video cinematic tentang profil penduduk yang tinggal di desa, infografis jumlah penduduk dari tahun-ketahun, dan narasi yang berisi informasi penting tentang desa. 

Kedua, mempublish produk digital yang telah dibuat kedalam berbagai platform yang ada, tentu dengan mengikuti perkembangan platform-platform yang mainstream seperti, Facebook, YouTube, website, Instagram, TikTok, dan platform-platform yang kelak akan datang.

Cara-cara tersebut merupakan bukti nyata menjaga pusaka Indonesia yang bernama desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun