Tentu lazimnya sebagai manusia yang sadar akan gerak zaman kita harus beradaptasi agar tak terlindas oleh roda zaman.Â
Desa sebagai sebuah rumah besar bagi komunitas masyarakat saya pandang perlu untuk bertahan dan mengadaptasikan diri dengan terpaan arus digitalisasi.Â
Jepang sebagai salah satu negara yang maju di dunia memiliki sebuah program bernama "Smart Village" yang isinya adalah pengembangan infrastruktur digital, pengembangan layanan digital, dan penataan sumber daya manusia yang sadar digital.Â
Dari pembacaan fakta ini, saya berpikir jika seandainya desa-desa di Indonesia ingin tetap eksis di dunia.Â
Maka tentu harus beradaptasi dengan arus digital yang kian tak mampu terbendung.Â
Beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan oleh pengelola desa dan saya kira efektif untuk dapat survive dalam era ini adalah sebagai berikut;Â
Pertama, membuat profil desa yang dikemas dalam produk digital kekinian seperti video cinematic tentang profil penduduk yang tinggal di desa, infografis jumlah penduduk dari tahun-ketahun, dan narasi yang berisi informasi penting tentang desa.Â
Kedua, mempublish produk digital yang telah dibuat kedalam berbagai platform yang ada, tentu dengan mengikuti perkembangan platform-platform yang mainstream seperti, Facebook, YouTube, website, Instagram, TikTok, dan platform-platform yang kelak akan datang.
Cara-cara tersebut merupakan bukti nyata menjaga pusaka Indonesia yang bernama desa.