Mohon tunggu...
Nur Rakhmat
Nur Rakhmat Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belajar Menjadi Guru

Nur Rakhmat. Pembelajar yang belajar untuk belajar bermanfaat bagi sesama. Saat ini mengajar di SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Berusaha selalu aktif menulis dan memberikan kontribusi positif untuk kemajuan pendidikan. Aktif di forum dan komunitas literasi serta kepenulisan di Kota Semarang dan Jawa Tengah. Bisa dihubungi di FB Nur Rakhmat dan Nurrakhmat Blogguru Indonesia. Salam Sukses Selalu ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Kyai, Santri, dan Literasi

5 Desember 2019   22:42 Diperbarui: 6 Desember 2019   09:20 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu untuk menanamkan kembali karakter positif bangsa peran santri sangat dibutuhkan di dalamnya, salah satunya melalui Gerakan Satu Santri Satu Buku. 

Gerakan ini selain sesuai dengan semangat dakwah bilqolam, juga sesuai dengan semangat literasi yang digaungkan Menteri Pendidikan Bapak Anies Baswedan.

Dalam Permendikbud No.21 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti diantaranya menyebutkan pembiasaan-pembiasaan positif yang menunjang potensi utuh dan unik anak dan salah satunya dengan membiasakan membaca buku non teks selama kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran. Serta pembiasaan penanaman karakter positif lainnya.

Terlebih di era modern saat ini banyak Pondok Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal di dalamnya (Baca: Sekolah Swasta). Sehingga posisi santri dalam kondisi tersebut mempunyai dua status yaitu sebagai santri dan juga sebagai siswa. 

Melihat kondisi tersebut, semangat literasi di kalangan pesantren diantaranya dengan kegiatan membaca dan menulis sangat tepat diterapkan.

Oleh karena itu, Gerakan Satu Santri Satu Buku sebagai gerakan literasi sangat penting dan dibutuhkan untuk mengakomodir semangat santri dalam tulis menulis khususnya dan untuk menumbuhkan serta menyebarkan virus karakter positif pada umumnya.

Bentuk kegiatan gerakan "SanTri TuKU" ini misalnya bisa dengan membukukan karya santri. 

Karya tersebut bisa berupa bentuk artikel keagamaan atau ilmiah dan hasil musyawarah santri atau diskusi antar santri terhadap fenomena di masyarakat dengan mengkaji kitab rujukan (dalam dunia pesantren sering disebut syawir) sangat bisa disusun untuk kemudian dibukukan dan disebarakan kepada khalayak sebagai bentuk dakwah atau pertanggungjawaban intelektual kaum santri dalam menghadapi fenomena kehidupan di masyarakat yang dirasa semakin berat.

Selain itu santri juga bisa membukukan karya puisi, novel, dan cerpen mereka baik dalam bentuk penerbitan tunggal dan bersama-sama atau antologi. Disamping sebagai wujud semangat literasi santri, proses mengarsip karya santri ini juga bisa sebagai bentuk tumbuhnya semangat sastra di kalangan pesantren. 

Dengan harapan selain ahli agama santri juga bisa menjadi seorang penulis, penyair, dan ulama yang bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi sesama.

Komitmen semua pihak tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Gerakan SanTri TuKU (Satu Santri Satu Buku) ini. Terlebih gerakan ini sesuai dengan semangat penumbuhan budi pekerti yang digaungkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun