Mohon tunggu...
Nur Rakhmat
Nur Rakhmat Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belajar Menjadi Guru

Nur Rakhmat. Pembelajar yang belajar untuk belajar bermanfaat bagi sesama. Saat ini mengajar di SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Berusaha selalu aktif menulis dan memberikan kontribusi positif untuk kemajuan pendidikan. Aktif di forum dan komunitas literasi serta kepenulisan di Kota Semarang dan Jawa Tengah. Bisa dihubungi di FB Nur Rakhmat dan Nurrakhmat Blogguru Indonesia. Salam Sukses Selalu ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Kyai, Santri, dan Literasi

5 Desember 2019   22:42 Diperbarui: 6 Desember 2019   09:20 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sebagai negara agamis sangat erat kaitannya dengan pendidikan klasik yaitu Pondok Pesantren. 

Pondok Pesantren dengan sistem pendidikan dengan tokoh sentral kyai sangat besar perannya dalam pembangunan bangsa, utamanya pembangunan rohani dan jiwa santri sebagai calon generasi penerus bangsa di masa mendatang.

Sebagai tokoh yang sangat dikagumi dan diugemi oleh santri, apa yang dilakukan, apa yang dikatakan olehnya pastilah akan ditaati dengan harapan ilmu yang diterima oleh santri semakin berkah dan manfaat karena mendapat restu kyai.

Oleh karena itu, di zaman modern yang penuh ancaman ini, fatwa atau dawuh seorang kyai sangat dinanti oleh santri untuk menyegarkan dan memberikan arahan agar santri tidak salah jalan. Utamanya fatwa untuk menangkal ajaran radikal dan kemerosotan mental generasi muda saat ini.

Hemat kami, fatwa yang tepat untuk menangkal gerakan radikal dan kemerosotan karakter generasi bangsa serta merosotnya sikap cinta tanah air adalah dengan fatwa gerakan literasi santri. 

Sebagaimana kita ketahui, gerakan literasi saat ini sedang gencar dilakukan untuk meningkatkan moral dan karakter generasi bangsa dengan kegiatan membaca, menulis, dll.   

Sehingga wujud gerakan literasi yang tepat hemat kami adalah mempertajam kepekaan dan moralitas santri dalam bentuk karya tulis. Yaitu Gerakan Satu Santri Satu Buku (SanTri TuKu). 

Gerakan ini sangat penting dibudayakan oleh santri sebagai wujud kepekaan terhadap peningkatan sikap nasionalisme yang difatwakan oleh kyai sangat penting untuk dibudayakan dalam dunia pesantren.

Lalu bagaimana wujud gerakannya?

Gerakan "SanTri Tuku"

Ya, SanTtri TuKu yang merupakan akronim dari Satu Santri Satu Buku, hemat penulis adalah salah satu wujud nyata yang dapat dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari Gerakan patuh fatwa kyai dan sebagai bentuk gerakan nasionalisme santri lewat menulis. 

Selain untuk mengasah ketajaman santri dalam dunia tulis menulis, serta menambah khasanah keislaman, Gerakan Satu Santri Satu Buku juga bisa digunakan untuk media dakwah dalam mensyiarkan ajaran islam melalui dunia tulisan atau istilahnya dakwah bilqalam.

Sahabat Ali bin Abu Tholib pernah memberikan petuahnya terkait menulis yaitu, Ilmu itu ibarat binatang buruan dan menulis adalah cara mengikatnya. 

Melihat pendapat Sahabat Ali tersebut, sudah sepatutnya kita merespon dengan baik dengan cara membudayakan dunia tulis menulis di semua kalangan, termasuk kalangan santri salah satunya dengan mewujudkan Satu Santri Satu Buku.

Terlebih dalam dunia pesantren sudah terkenal nama-nama kondang dalam ranah kepenulisan buku atau kitab. Diantaranya, kita mengenal Syekh Nawawi Al Bantani yang kitab-kitabnya masyhur menjadi rujukan ulama-ulama sedunia dan tanah air. 

Bahkan karena kemasyhuran dan tingkat intelektualnya yang tinggi tersebut beliau dijuluki pemimpin Ulama Hijaz padahal beliau berasal dari Tanah Jawa. Kemudian kita juga mengenal Mbah Soleh Darat dari Semarang, KH Hasyim Asy'ari, Buya HAMKA dan masih banyak ulama lainnya.

Selanjutnya, untuk mengefektifkan Gerakan Satu Santri Satu Buku perlu kiranya dukungan semua pihak, khususnya semua stake holder dari pesantren tersebut. 

Seperti dukungan pengasuh, pengurus dan dewan asatidz sangat diperlukan guna memotivasi santrinya untuk menulis. Selain itu, dukungan dari media ataupun penerbit juga sangat diperlukan guna mengakomodir hasil karya santri.

Hemat penulis, dukungan serta motivasi dari semua stake holder tersebut sangat dibutuhkan. Selain untuk memompa dan menumbuhkan semangat santri membentuk budaya menulis dalam pesantren, juga untuk menumbuhkan semangat jihad santri via dunia tulis menulis khususnya yang berkaitan dengan wawasan seputar keagamaan atau pengembangannya.

Semangat Literasi

Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berperan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan keagamaan sangat penting posisinya dalam berhasilnya pendidikan di Indonesia utamanya dalam penanaman pendidikan karakter bangsa. 

Sudah kita ketahui bersama bahwa peran golongan santri atau pesantren dalam masa perjuanagan sangatlah besar. Karakter cinta tanah air mereka sangat tinggi.

Oleh karena itu untuk menanamkan kembali karakter positif bangsa peran santri sangat dibutuhkan di dalamnya, salah satunya melalui Gerakan Satu Santri Satu Buku. 

Gerakan ini selain sesuai dengan semangat dakwah bilqolam, juga sesuai dengan semangat literasi yang digaungkan Menteri Pendidikan Bapak Anies Baswedan.

Dalam Permendikbud No.21 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti diantaranya menyebutkan pembiasaan-pembiasaan positif yang menunjang potensi utuh dan unik anak dan salah satunya dengan membiasakan membaca buku non teks selama kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran. Serta pembiasaan penanaman karakter positif lainnya.

Terlebih di era modern saat ini banyak Pondok Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal di dalamnya (Baca: Sekolah Swasta). Sehingga posisi santri dalam kondisi tersebut mempunyai dua status yaitu sebagai santri dan juga sebagai siswa. 

Melihat kondisi tersebut, semangat literasi di kalangan pesantren diantaranya dengan kegiatan membaca dan menulis sangat tepat diterapkan.

Oleh karena itu, Gerakan Satu Santri Satu Buku sebagai gerakan literasi sangat penting dan dibutuhkan untuk mengakomodir semangat santri dalam tulis menulis khususnya dan untuk menumbuhkan serta menyebarkan virus karakter positif pada umumnya.

Bentuk kegiatan gerakan "SanTri TuKU" ini misalnya bisa dengan membukukan karya santri. 

Karya tersebut bisa berupa bentuk artikel keagamaan atau ilmiah dan hasil musyawarah santri atau diskusi antar santri terhadap fenomena di masyarakat dengan mengkaji kitab rujukan (dalam dunia pesantren sering disebut syawir) sangat bisa disusun untuk kemudian dibukukan dan disebarakan kepada khalayak sebagai bentuk dakwah atau pertanggungjawaban intelektual kaum santri dalam menghadapi fenomena kehidupan di masyarakat yang dirasa semakin berat.

Selain itu santri juga bisa membukukan karya puisi, novel, dan cerpen mereka baik dalam bentuk penerbitan tunggal dan bersama-sama atau antologi. Disamping sebagai wujud semangat literasi santri, proses mengarsip karya santri ini juga bisa sebagai bentuk tumbuhnya semangat sastra di kalangan pesantren. 

Dengan harapan selain ahli agama santri juga bisa menjadi seorang penulis, penyair, dan ulama yang bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi sesama.

Komitmen semua pihak tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Gerakan SanTri TuKU (Satu Santri Satu Buku) ini. Terlebih gerakan ini sesuai dengan semangat penumbuhan budi pekerti yang digaungkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Maka dari itu partisipasi aktif santri dalam berliterasi mulai dari pembiasaan membaca, baik membaca bacaan agama atau umum sebagai bentuk ta'dzim terhadap pengasuh (Baca: Kiai) sangat dibutuhkan.

Kemudian pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan juga sangat dituntut peran aktifnya dalam memberikan fasilitas santri, memberikan kenyamanan pada santri dalam menuntut ilmu, serta meningkatkan karakter positif santri baik saat di pesantren ataupun sudah lulus. 

Dengan harapan santri bisa menjadi agen literasi dan agen yang militan dalam menanamkan budi pekerti, karakter dan moral masyarakat.

Dan tentunya tokoh kyai sebagai panutan santri, sangat ditunggu doa dan restu serta fatwanya bagi santri khususnya untuk lebih meningkatkan kegiatan literasi santri. Sehingga santri bisa lebih termotivasi dan lebih terberkahi untuk selalu berkarya dan lebih produktif untuk menjadi santri cendekia.

Akhirnya mari bersama-sama, kita wujudkan Gerakan Satu Santri Satu Buku sebagai salah satu pengabdian pondok pesantren terhadap umat dan juga sebagai salah satu media pesantren untuk menumbuhkan jiwa intelektual santri via literasi.

Mensukseskan gerakan penumbuhan budi pekerti dan penanaman karakter positif bangsa dalam bingkai Gerakan Nasional Revolusi mental (GNRM), serta sebagai media dakwah santri Indonesia yang lebih hebat, bersatu dan berkarakter.

Amin. Semoga ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun