Mohon tunggu...
Marzuki Umar
Marzuki Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe

Penulis adalah Dosen STIKes Muhamadiyah Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Siapa Pemimpin Pilihan dalam Pilpres 2024?

4 Februari 2024   23:45 Diperbarui: 5 Februari 2024   00:08 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, calon kontestan yang akan kita pilih bukanlah sekadar melihat bantuan-bantuan semu yang dijadikan tali pengikat sebelum dirinya diangkat menjadi seorang pemimpin. Apalagi kalau bantuan tersebut dijadikan sebagai rakit untuk menyeberangi sungai yang dalam atau sebagai tiang penyangga untuk dapat menaiki bukit yang terjal. Manakala sudah di seberang atau di atas bukit, jam terbangnya sudah tinggi, sistem sudah berbeda, maka rakit dan tiang tersebut akan tercampakkan dengan sendirinya. Oleh karena itu, kiranya masih punya waktu untuk kita pikirkan bersama terhadap desainer yang akan kita berikan suara nantinya dalam beberapa hari ini. 

Ingatlah bahwa tampuk pimpinan yang kita usungkan itu bukan untuk dua atau tiga bulan saja, akan tetapi beliau akan berkiprah selama 5 tahun dalam masa jabatannya itu. Jangkauannya bukan untuk sesaat dalam bulan Februari ini saja, tapi bagaimana sang pimpinan menakhodai negara ini selama 5 tahun ke depan. Inilah yang mesti kita renungkan dalam-dalam agar tidak salah pilih. Nenek moyang pernah berkontribusi dengan kata-kata bijaknya, "Pikir dahulu pendapatan sesal kemudian tak ada gunanya".

Sebagian kita mungkin terbetik dalam hatinya, "Bagaimana kita tau dalam jiwa pemimpin, kita kan melihat apa omongannya. Apa keinginanya dan bagaimana cara yang akan digerakannya nanti? " Perlu kita sadari bahwa mendengar apa yang diutarakan itu penting, tetapi memahami kinerja dari masing-masing capres itu jauh lebih penting. Mengapa? Hal itu jelas bahwa siapa pun yang terangkat sebagai presiden, dialah yang bakal menjadi pemimpin kita selama satu periode ke depan.

Jika demikian, siapa pemimpin pilihan yang akan kita tunjuk itu, perlu kita kenal lebih dekat terhadap unjuk kerja yang kian digerakkan nantinya. Hal tersebut dapat saja kita perhatikan dalam berbagai penjelasan melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Sebagai pandangan, berikut ini akan diberikan beberapa kebijakan untuk menjadi pola pikir kita di dalam menentukannya pada tanggal 14 Februari 2024.

Memiliki Ilmu Ketatanegaraan yang Handal

Sekalipun banyak kalangan yang ingin menjadi pemimpin tapi posisi ini sebenarnya tidaklah gampang seperti membalik telapak tangan. Apalagi menurut worldometer, "Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 278.874.628 jiwa per Sabtu 3 Februari 2024". https://www.worldometers.info. Diakses 4 Februari 2024, pukul 21.00 WIB. 

Nah..., bagaima seorang pemimpin di dalam mengayomi ratusan juta jiwa yang menjadi tanggung jawabnya nanti, ini mesti dibekali dengan ilmu. Dalam suatu sunnah disebutkan, "Berikanlah sesuatu itu pada ahlinya, kalau tidak tunggu kehancuran". Oleh karena itu, seseorang yang bakal menjadi pemimpin hendaknya memiliki Ilmu ketatanegaraan yang tangguh. Dengan begitu, sosok kepercayaan ini akan memahami dengan baik terhadap sistem pemerintahan dan dasar-dasar pemerintahan yang jelas. 

Berbekal ilmu ini, seorang pemimpin akan memiliki siasat yang cukup terhadap negara yang dipimpinnya. Bagaimana cara bertindak ketika dia menghadapi berbagai permasalahan di dalam masyarakat di berbagai pelosok tanah air nantinya. Ini semua sangat ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. 

Dapat Berlaku Adil

Seorang pemimpin juga harus berlaku adil bagi rakyatnya sesuai dengan bunyi sila kelima dari panca sila, yaitu "Keadilan soadial bagi seluruh rakyat Indonesia". Siapapun yang akan terangkat martabat dan derajatnya dalam pilpres nanti wajib adil bagi siapa saja. Kiranya tidak berniat balas dendam terhadap orang-orang yang mungkin saat pesta demokrasi itu tidak memilihnya. Namun, ketika sudah duduk di singgasana kepemimpinan, maka keadilan perlu ditegakkan. 

Dengan begitu, segala kebijakan yang akan diungkapkan hendaknya selalu memikirkan kepentingan rakyat, apalagi dalam membela masyarakat yang lemah. Artinya, kebijakan-kebijakan yang ditimbulkan bukan menitikberatkan atas kepentingan pribadi belaka, seperti yang terungkap selama ini, baik dalam hal tenaga kerja, hukum, maupun lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun