Merdeka!!! Bulan ini adalah bulan yang sangat istimewa bagi bangsa kita. Kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang Ke-80. Ada banyak kegiatan atau pesta kerakyatan yang dilakukan pada hampir semua elemen masyarakat untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Tentu saja kalian ikut kan.
Kita patut bersyukur atas rahmat kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada kita. Kita juga pantas berterima kasih atas perjuangan para pahlawan kemerdekaan bangsa kita. Tidak cukup di situ saja, kita pun hendaknya menjadi warga negara yang baik, yang turut ambil bagian untuk mengisi kemerdekaan ini. Nah, bagaimana Kitab Suci memberi petunjuk kepada kita terkait bersikap terhadap negara? Kita akan membahasnya dalam Ruang Katekese Awam Komisi KKS KAM Pekan II Agustus 2025 ini, dengan tema Aku Cinta Indonesia.
Negara dan Pemerintah Dikehendaki Allah
Siapa negara dan pemerintah? Salah satu ajaran paling jelas dalam Kitab Suci tentang kekuasaan negara berasal dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah" (Rom 13:1).
Ajaran ini menunjukkan bahwa segala bentuk pemerintahan, baik yang sempurna maupun tidak sempurna, tetap berada dalam kerangka kedaulatan ilahi. Allah mengizinkan eksistensi negara untuk menjaga ketertiban sosial dan mencegah kekacauan. Dalam arti ini, negara bukanlah musuh iman, tetapi bagian dari tatanan dunia yang dikehendaki Allah, meskipun tidak selalu suci dan sempurna.
Negara Bertugas Menegakkan Keadilan
Apa tugas negara? Kitab Suci tidak hanya memberi legitimasi spiritual pada pemerintah, tetapi juga menetapkan fungsinya secara moral. Pemerintah adalah pelayan Allah untuk menegakkan keadilan. Rasul Paulus mengatakan, "Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu... Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat" (Rom 13:4).
Negara memiliki tanggung jawab untuk melindungi rakyat dari kejahatan, menegakkan hukum yang adil, serta menghukum pelaku ketidakadilan. Dengan demikian, kehadiran negara seharusnya menjadi sarana untuk menciptakan ketertiban sosial, kesejahteraan umum (bonum commune), dan perdamaian. Jika negara melalaikan tugas ini, maka ia tidak lagi menjalankan mandatnya dari Allah. Tugas ini secara jelas juga disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kewajiban Warga Negara: Taat dan Bertanggung Jawab
Lalu apa tanggung jawab kita sebagai warga negara? Kitab Suci juga mengajarkan kita umat Allah untuk menjadi warga negara yang baik. Ini mencakup ketaatan pada hukum dan pembayaran pajak. Yesus sendiri memberikan prinsip penting ketika ditanya tentang membayar pajak kepada Kaisar: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat 22:21).
Rasul Paulus menguatkan prinsip ini: "Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak..." (Rom 13:7). Ini berarti umat beriman tidak boleh hidup dalam pelanggaran hukum atau penghindaran kewajiban sosial. Ketertiban dan kesejahteraan bangsa bergantung pada kesediaan warga untuk menjalankan hak dan kewajibannya. Namun ketaatan ini bukanlah ketaatan mutlak tanpa syarat.
Doa untuk Pemerintah dan Pemimpin Negara
Warga negara tidak boleh hanya mengkritik para penyelenggara negara. Kitab Suci mendorong agar umat beriman tidak sekadar pasif dalam menghadapi pemerintah, tetapi juga aktif mendoakan para pemimpin bangsa. Rasul Paulus mengatakan, "Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan" (1 Tim 2:1-2).
Doa bukanlah pelarian dari tanggung jawab, melainkan bentuk partisipasi aktif umat dalam kehidupan politik dan sosial. Dengan mendoakan para pemimpin, umat menyerahkan bangsa ke dalam tangan Allah agar tercipta pemerintahan yang adil, bijaksana, dan berpihak kepada yang kecil dan lemah. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak 5:16).
Keterlibatan Aktif Umat dalam Kehidupan Berbangsa
Bagaimana jika negara atau pemerintah bertindak tidak adil dan tidak menjalankan tugasnya untuk mewujudkan bonum commune? Dalam Kisah Para Rasul, para murid Yesus dengan berani berkata bahwa kita "harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia" (Kis 5:29). Ini menjadi prinsip penting bagi umat Kristen dalam menghadapi rezim yang korup, otoriter, atau tidak manusiawi. Taat pada negara bukan berarti tunduk pada ketidakadilan. Umat harus menjadi suara kenabian yang menegur dan memperjuangkan kebenaran, seperti para nabi dalam Perjanjian Lama.
Oleh karena itu, Kitab Suci secara tidak langsung mendorong umat untuk aktif dalam kehidupan sosial dan politik. Sebagaimana Yesus pesankan dalam Matius 5:13-16, para pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, yang berarti aktif membangun bangsa dengan semangat kasih, kejujuran, dan keadilan.
Dalam Kitab Yeremia, Tuhan sendiri memerintahkan umat-Nya yang dibuang ke Babel dengan berkata, "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer 29:7). Ini menjadi dasar partisipasi umat beriman dalam pembangunan bangsa, seperti menjadi aparatur yang jujur, politisi yang melayani, guru yang mendidik dengan kasih, hakim yang menegakkan keadilan, pengusaha yang adil, dan warga yang cinta damai. Keterlibatan seperti inilah yang menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.
Penutup
Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa negara adalah bagian dari penyelenggaraan Allah atas dunia. Ia dibentuk untuk melindungi rakyat, menegakkan hukum, dan menciptakan kesejahteraan umum. Umat beriman dipanggil untuk taat kepada negara, tetapi juga bersikap kritis jika negara menyimpang dari keadilan dan kasih.
Kesetiaan utama umat tetap kepada Tuhan. Karena itu, peran kita sebagai warga negara adalah menjadi saksi Kristus dalam kehidupan berbangsa: membela kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan menciptakan damai. Dengan cara itu, negara menjadi tempat di mana kasih Allah bisa dirasakan oleh semua. Dan itu pulalah wujud cinta kita kepada negara kita. Jadi, jangan ragu mengatakan 'Aku Cinta Indonesia'. Merdeka!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI