Doa untuk Pemerintah dan Pemimpin Negara
Warga negara tidak boleh hanya mengkritik para penyelenggara negara. Kitab Suci mendorong agar umat beriman tidak sekadar pasif dalam menghadapi pemerintah, tetapi juga aktif mendoakan para pemimpin bangsa. Rasul Paulus mengatakan, "Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan" (1 Tim 2:1-2).
Doa bukanlah pelarian dari tanggung jawab, melainkan bentuk partisipasi aktif umat dalam kehidupan politik dan sosial. Dengan mendoakan para pemimpin, umat menyerahkan bangsa ke dalam tangan Allah agar tercipta pemerintahan yang adil, bijaksana, dan berpihak kepada yang kecil dan lemah. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yak 5:16).
Keterlibatan Aktif Umat dalam Kehidupan Berbangsa
Bagaimana jika negara atau pemerintah bertindak tidak adil dan tidak menjalankan tugasnya untuk mewujudkan bonum commune? Dalam Kisah Para Rasul, para murid Yesus dengan berani berkata bahwa kita "harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia" (Kis 5:29). Ini menjadi prinsip penting bagi umat Kristen dalam menghadapi rezim yang korup, otoriter, atau tidak manusiawi. Taat pada negara bukan berarti tunduk pada ketidakadilan. Umat harus menjadi suara kenabian yang menegur dan memperjuangkan kebenaran, seperti para nabi dalam Perjanjian Lama.
Oleh karena itu, Kitab Suci secara tidak langsung mendorong umat untuk aktif dalam kehidupan sosial dan politik. Sebagaimana Yesus pesankan dalam Matius 5:13-16, para pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, yang berarti aktif membangun bangsa dengan semangat kasih, kejujuran, dan keadilan.
Dalam Kitab Yeremia, Tuhan sendiri memerintahkan umat-Nya yang dibuang ke Babel dengan berkata, "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yer 29:7). Ini menjadi dasar partisipasi umat beriman dalam pembangunan bangsa, seperti menjadi aparatur yang jujur, politisi yang melayani, guru yang mendidik dengan kasih, hakim yang menegakkan keadilan, pengusaha yang adil, dan warga yang cinta damai. Keterlibatan seperti inilah yang menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.
Penutup
Dari penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa negara adalah bagian dari penyelenggaraan Allah atas dunia. Ia dibentuk untuk melindungi rakyat, menegakkan hukum, dan menciptakan kesejahteraan umum. Umat beriman dipanggil untuk taat kepada negara, tetapi juga bersikap kritis jika negara menyimpang dari keadilan dan kasih.
Kesetiaan utama umat tetap kepada Tuhan. Karena itu, peran kita sebagai warga negara adalah menjadi saksi Kristus dalam kehidupan berbangsa: membela kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan menciptakan damai. Dengan cara itu, negara menjadi tempat di mana kasih Allah bisa dirasakan oleh semua. Dan itu pulalah wujud cinta kita kepada negara kita. Jadi, jangan ragu mengatakan 'Aku Cinta Indonesia'. Merdeka!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI