Mohon tunggu...
Makruf Amari Lc MSi
Makruf Amari Lc MSi Mohon Tunggu... Pengasuh Sekolah Fiqih (SELFI) Yogyakarta

Alumni Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, melanjutkan S1 di LIPIA Jakarta dan S2 di UII Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shalat Sambil Ingat Makan, Atau Makan Sambil Ingat Shalat?

20 April 2020   11:09 Diperbarui: 20 April 2020   11:13 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : www.majalahnabawi.com

Terkadang pada saat seseorang melaksanakan shalat tiba-tiba muncul pikiran-pikiran di luar shalat, misalnya memikirkan pekerjaan yang belum selesai, atau memikirkan menu makanan yang akan disantap setelah shalat, atau mengingat kunci motor yang kelupaan diletakkan dimana, dan lain sebagainya.

Bahkan ada orang yang apabila kelupaan menaruh barang, ia shalat. Karena saat shalat menjadi ingat barang tadi ditaruh dimana. Padahal lintasan pikiran mengingat barang yang hilang saat shalat, adalah gangguan setan. Apabila terjadi lintasan pikiran seperti itu, hendaklah segera kembali untuk konsentrasi melaksanakan shalat dan tidak membatalkan shalatnya.

Termasuk ketika terjadi perubahan kondisi hati, pada awal memulai shalat dan pada tengah-tengah shalat. Misalnya seseorang mengawali shalatnya dengan niat ikhlas karena Allah, namun di tengah shalat muncul perasaan riya' ---ingin pamer kekhusyukan shalatnya, karena dilihat oleh calon istri atau calon mertua--- maka hal itu tidak membatalkan shalat.

Ibnu Rajab menjelaskan, "Bila pada awalnya perbuatan (shalat) tersebut karena Allah kemudian muncul niat riya', jika itu adalah lintasan pikiran kemudian dia singkirkan, maka para ulama sepakat hal itu tidak merusak amalnya. Namun apabila pikiran itu berkelanjutan, apakah membatalkan amalnya atau tidak, dan apakah tetap dibalas sesuai niat awal?"

"Para ulama berbeda pendapat sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Jarir Ath-Thabari, dan keduanya menguatkan pendapat bahwa amalnya tidak batal dan dibalas sesuai niat awal. Ini juga pendapat Hasan Al-Basri dan yang lainnya. (Ibnu Rajab, Jami'ul Ulum wal Hikam, Mu'assasatur Risalah cet 7 th 2001 juz 1 hal 82, 83)

Problem Kedua : Lupa Jumlah Raka'at yang Telah Dikerjakan

Tak jarang dijumpai, seseorang tengah melaksanakan shalat, namun ia lupa telah sampai raka'at ke berapa. Terlebih pada mereka yang telah lanjut usia dan pelupa. 

Bagaimana menyikapinya? Bila lupa berapa raka'at yang telah dikerjakan, maka caranya adalah dengan mengambil raka'at yang lebih sedikit, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw.

Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila salah seorang kalian lupa dalam shalatnya dan tidak tahu berapa raka'at yang sudah dilaksankan tiga atau empat raka'at maka buanglah keragu-raguan dan hendaklah ia laksanakan yang diyakini (yaitu raka'at yang lebih kecil) kemudian sujud dua kali sebelum salam.'" (HR. Muslim no 571 dari Abu Sa'id Al-Khudri).

Sebagai contoh, ragu-ragu apakah sudah empat raka'at atau baru tiga raka'at, maka harus diputuskan baru tiga raka'at, maka ia menambah satu raka'at lagi ---dan setelah itu sujud dua kali sebelum salam. Intinya, mengambil jumlah yang lebih kecil atau sedikit dalam keraguan tersebut.

Problem Ketiga : Terjadi Peristiwa Saat Shalat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun