Habib Syech Nyak Fakeh adalah keturunan Sultanul Aulia Syech Abdul Qadir Al Jailani yang ke-14. Beliau lahir di Aron Tunong di Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.
Namun pada tahun 1880 beliau bergabung dengan pasukan Teuku Umar Johan Pahlawan untuk melawan penjajah, sehingga pada awal tahun 1883 beliau tiba di Teunom atas permintaan sahabat dekat beliau yaitu Teukoe Imum Chik Teunom atau yang lebih dikenal dengan Teukoe Raja Muda Teunom.
Tahun 1883, Nissero kapal kargo yang menampung muatan sebesar 1800 ton gula berlayar dari Surabaya (Jawa Timur) menuju ke Marseille. Pelayaran itu dipimpin oleh Kapten Woodhouse dengan awak kapal terdiri dari 18 orang Inggris, 2 orang Belanda, 2 orang Jerman, 2 orang Norway, 2 orang Italia dan 1 orang Amerika.
Dalam perjalanan tersebut kapal Nissero singgah di Pelabuhan Ulee Lheu (Banda Aceh, Aceh) untuk memuat batu bara. Selanjutnya kapal terus berlayar ke arah barat (Meulaboh). Belum jauh dari Banda Aceh, hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Kapal Nissero terdampar dan kandas di pantai Panga (Wilayah Administrasi Teukoe Imum Chik Teunom) Ulee Balang : seorang pemimpin wilayah yang diangkat dan tunduk kepada Sultan Aceh)Masyarakat sekitar pantai awalnya mengira kapal yang kandas itu adalah kapalnya Belanda. Sehingga masyarakat sudah siap untuk menyerbu kapal tersebut. Karena memang kondisi saat itu, Belanda sedang menginvansi Aceh. Penyerbuan tidak jadi dilakukan setelah diketahui bahwa kapal yang terdampar itu bukanlah milik Belanda melainkan kapal Inggris.
Di saat itulah, timbul pemikiran Teukoe Imum Chik Teunom danHabib Syech Nyak Fakeh beserta pasukannya, untuk menyandera kapal tersebut sebagai alat transaksi untuk membebaskan Teunom dari aksi blokade Belanda.
Ketika kabar tersebut tersebar luas, Asisten Residen Belanda di Meulaboh, Aceh Barat waktu itu dipimpin oleh Van Langen langsung melaporkan peristiwa tersebut kepada Gubernur Belanda Laging Tobias di Kutaraja (Banda Aceh).
Waktu itu Gubernur Belanda Laging Tobias di Kutaraja menyuruh Van Langen untuk menyesaikan masalah tersebut dengan memberikan tebusan kepada pihak TeukoeImum Chik Teunom dan Habib Syech Nyak Fakeh sebesar f 100.000 (seratus ribu gulden) namun tawaran tersebut di tolak mentah-mentah, sehingga para sandera tersebut diungsikan ke tempat yang sulit untuk melarikan diri.
Tak sampai disitu rupanya kabar tersebut tersiar ke penjuru dunia, sehingga timbul kegaduhan dunia internasional kala itu, Sir Fredrick Weld Gubernur Inggris mengirimkan utusan untuk berdamai dengan pihak TeukoeImum Chik Teunomdan Habib Syech Nyak Fakeh, Gubernur Inggris menugaskan kapal perang yang dinamai “Pegasus”yang di dampingdua kapal Belanda kala itu dibawah komando Bickford menuju ke Banda Aceh untuk menjumpai Gubernur Belanda Laging Tobias dalam misi perdamain untuk membebaskan sandera.
Dalam perundingan tersebut pihak Teukoe Imum Chik Teunom dan Habib Syech Nyak Fakeh malah menaikkan tebusan sebanyak $ 300,000,-, dan menambahkan syarat yaitu pelabuhan yang selama ini di kuasai Belanda di bebaskan dari blockade, agar terjaminnya pengakuan tersebut dengan ikutnya Ratu Victoria untuk membubuhkan tanda tangan.
Setiba kapal perang Pegasus di teunom kapten kapal NICERO mengajukan Dari untuk menyampaikan isi perundingan, dengan perjanjian jika Kapten kapal tidak kembali semua armada boleh dibunuh.