Mohon tunggu...
Marto
Marto Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Des, Inikah Cinta Pendosa?

15 Oktober 2015   18:36 Diperbarui: 15 Oktober 2015   19:26 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau memang begitu mempesona untuk seorang yang tidak memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan. Agnostik.
Kharisma yang kau miliki telah berhasil mengikis semua keteguhanku.
Membawa masuk ke dalam pemaknaanmu tentang arti hidup.
Menuturkan kalimat-kalimat yang entah kenapa begitu masuk akal bagiku.
Akhirnya aku terperdaya, begitu lemah dengan pendirianku. Sehingga mudahnya jatuh ke dalam tangkapanmu.
Dan saat itu akupun jatuh hati padamu. Perbedaan keyakinan di antara kita sudah tidak menjadi berarti lagi.

Perempuan itu masih tidak beranjak dari dada bidang lelaki tempat ia menyandar kepala.
Sesekali di sentuhnya kalung tanda silang yang melingkar di leher itu.
Rasa nyaman yang ia rasakan melebihi apapun ketika disamping lelaki itu.
Lelaki itu bersandar ke dinding kamar di atas kasur sambil menatap ke arah sungai yang tak jauh dari motel tempat mereka menginap.
Suasana di kamar itu memang begitu hening, hanya dua sejoli yang sedang dirundung kebahagiaan menikmati pemandangan sambil bercengkeramah kecil. Hujan yang baru saja turun membasahi pepohonan membuat angin yang begitu dingin merasuk menusuk tulang. Membuat mereka sangat betah bermalas manja. Berangkulan.

"Abang pernah tidak merasa berdosa ?" kata perempuan itu sambil melirik pelan ke arah lelaki itu.

"Dosa...? Memangnya apa sih defenisi dosa itu ?" lelaki itu balik bertanya.

"Sesuatu hal yang tidak benar" jawabnya singkat.

"Dan yang mengatakan sesuatu hal itu benar atau salah, siapa ?" tanya lelaki itu lagi.

Sejenak perempuan itu kebingungan sendiri. Tidak sanggup menjawab walau di dalam pikiranya ada sesuatu hal yang ingin diutarakan.

"Benar menurut aku belum tentu benar menurutmu, dan sebaliknya. Benar dalam keyakinanku belum tentu benar dalam keyakinanmu, dan sebaliknya lagi. Jika dosa adalah ungkapan dan kata yang tepat, maka untuk pertanyaan konyolmu itu jawabanya adalah semua manusia di bumi ini berdosa. Tak terkecuali siapa pun." kata lelaki itu sambil mencubit manja hidung perempuan itu lalu memeluk dan mengusap lenganya.

"Abang percaya dengan keyakinan yang abang anut ?" selidik perempuan itu lagi berharap lelaki itu akan menyerah terhadap pendirianya.

Lelaki itu menghela nafas dalam-dalam. Kemudian menghidupkan sebatang rokok putih dan mengisapnya.
"Keyakinanku ini adalah turunan dari orang tuaku. Aku dibesarkan dan diarahkan berdasarkan keyakinan mereka. Lantas aku pun jadi mengikuti keyakinan itu. Sampai saat ini aku belum begitu paham mengenai keyanikanku sendiri. Terkadang ilmu pengetahuan dan penemuan ilmiah lebih menarik dan dapat diterima akal ketimbang ajaran-ajaran yang samar itu. Keyakinan sudah seolah sebagai pelarian saja. Ketika manusia tidak dapat lagi menaklukkan logika mereka, saat itulah mereka berpasrah kepada keyakinanya. Dan aku sendiri masih sibuk mencari jati diri." terang pria itu dengan tatapan jauh ke arah langit. Hembusan asap halus pelan keluar dari mulut dan hidungnya.

"Hmm..kenapa jadi melebar kesana-kemari baanggg" potong perempuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun