Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Pola Pikir Siap Belajar Sepanjang Hayat

30 April 2024   07:07 Diperbarui: 30 April 2024   07:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar sepanjang hayat sebagai keutamaan. Sumber: https://mylifesite.net/blog/post

Sydney Harris dalam Failing Forward (Maxwell) menggambarkan dengan jelas elemen-elemen pola pikir yang bersedia diajar atau siap belajar: "Seorang pemenang tahu betapa banyak hal yang masih harus ia pelajari, bahkan ketika ia dianggap pakar oleh orang lain. Seorang pecundang ingin dianggap pakar oleh orang lain sebelum ia belajar cukup banyak untuk mengetahui betapa sedikit yang diketahuinya." Ada pembeda yang sangat kontras antara pemenang dan pecundang dalam hidup ini.

Ada begitu banyak yang sudah puas dengan keadaannya dan merasa tidak perlu belajar apa-apa dalam hidupnya. Merasa apa yang sudah didapat ataupun dicapai dalam hidup sudah cukup sehingga tidak membutuhkan militansi dan idealisme baru untuk hidup yang lebih progresif. Atau, di sisi lain banyak orang merasa cukup dengan pencapaian hidupnya karena malas untuk berjuang dan bersusah payah belajar hal baru. Ada kesadaran yang terlupakan, bahwa dunia terus berubah dan berkembang yang menuntut sikap diri untuk selalu belajar sepanjang hayat.

Ada juga orang yang merasa sudah menguasai segalanya dan mampu melakukan apa saja, padahal sesungguhnya apa yang dimiliki belum ada apa-apanya, masih terlalu sedikit dibanding tuntutan hidup yang begitu kompleks. Ada kesombongan diri yang pada waktunya akan menjatuhkan dirinya pada keterpurukan dan ketidakmampuan dalam hidup. Kesombongan diri sesungguhnya cerminan dari tidak adanya kerendahan hati di dalam dirinya untuk mengakui kekurangannya dan pada akhirnya berbuah kekosongan diri karena tak ada kemauan untuk belajar.

Mengingat sewaktu anak usia 2 - 5 tahun, apa saja ditanyakan sampai kadangkala orang tua bingung menjawabnya karena pertanyaan sederhana namun justru sulit memberi jawabannya. Ini fase di mana anak begitu antusiasnya belajar sehingga ingin tahu banyak hal yang di sekitarnya. Selain itu, anak di usia itu juga begitu aktif mencoba melakukan hal-hal baru. Jatuh bangun tetap dilakukan, bahkan terbentur dinding atau benda apapun tidak menghentikan niat dan minatnya untuk bisa melakukan yang dimaunya.

Sejatinya kita sebagai manusia dikaruniai dan disiapkan sejak dini semangat untuk belajar sehingga memampukan kita dalam menjalani hidup ini. Dalam perjalanan waktu, semangat belajar itu semangat lemah karena ada kesombongan, kemalasan, ketakutan, dan kecemasan yang akut yang menyelimuti pola pikir manusia.

Semangat belajar membentuk karakter diri. Sumber: https://the100yearlifestyle.com
Semangat belajar membentuk karakter diri. Sumber: https://the100yearlifestyle.com
Bahkan kegagalan dan kesalahan dalam hidup bukanlah sebuah aib atau akhir dari sebuah perjuangan, sebaliknya kegagalan dan kesalahan itu merupakan materi belajar kehidupan yang sangat potensial untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Kembali-kembali pola pikir positif yang harus dikembangkan dalam merespon kegagalan dan kesalahan dalam hidup. Kemampuan belajar dari kegagalan dan kesalahan itu sangatlah berharga sebagai modal karakter diri.

Pada saatnya, jika kita hidup untuk belajar, maka kita benar-benar belajar untuk hidup. Belajar bisa kapanpun, di manapun, dan dari sumber apapun. Belajar itu berlaku sepanjang hayat karena hidup harus selalu dihidupi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun