Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Disiplin dan Ketekunan: Siap Membangun Habitus Baik

29 Maret 2023   09:44 Diperbarui: 29 Maret 2023   09:50 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi dari: www.inc.com

Hidup merupakan sebuah proses panjang yang membutuhkan militansi pribadi untuk menghidupkannya sehingga bermakna dan berguna. Militansi pribadi hanya bisa dibangun dari disiplin diri dan ketekunan yang secara terus-menerus diusahakan dari diri sendiri.

Sebuah kebun pembibitan di Kanada memasang tulisan besar di dindingnya: "Saat terbaik menanam pohon adalah 25 tahun yang lalu... saat terbaik kedua adalah hari ini". Tulisan ini sejatinya memberikan sebuah sindiran keras pada proses kehidupan yang seharusya ditekuni secara disipilin dan teratur, tidak bisa instan begitu saja. Kehidupan manusia layaknya sebuah pohon yang bertumbuh dari waktu ke waktu, mengalami proses dari kecil hingga besar dengan segala lika-liku pemeliharaan dan tantangannya. Yang pasti, ada proses yang harus ditekuni dan dijalani dalam sebuah dinamika kehidupan.

Manusia bisa berjalan dan berbicara dengan lancar, tentunya tidak bisa begitu saja dari lahir, namun ada proses yang harus dijalani dari lahir, bayi, kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Jatuh bangun dalam belajar jalan merupakan proses panjang yang harus dilalui untuk bisa berjalan bahkan lari dengan lancar. Terbata-bata mengucap satu kata,  mengulang-ulang kata yang sama, membuat kalimat sederhana, menambah kosakata, hingga sampai fasih berbicara juga menjadi bagian dari dinamika hidup dalam cakap bicara.

Penulis H. Jackson Brown Jr. mengingatkan, "Bakat tanpa disertai disiplin bagaikan seekor gurita di atas sepatu roda. Ada banyak gerakan, tetapi tidak pernah tahu ke mana arah gerakan itu, apakah maju, mundur, atau menyamping". Disiplin diri senantiasa menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan untuk pengembangan diri yang berkualitas. Banyak orang berbakat dengan segala talenta di dunia ini, namun tak sedikit yang akhirnya jatuh pada kegagalan dan keengganan untuk menjadi pribadi yang optimal. Layaknya menanam pohon, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan setiap hari untuk merawat dan memeliharanya.

Banyak orang menjalani hidup cukup mengalir seperti aliran air sungai yang sekadar mengikuti alur yang ada. Pada akhirnya banyak orang jatuh pada rutinitas harian sehingga memuncak pada rasa jenuh dan hidup terasa biasa-biasa saja, tidak ada tantangan dan idealisme yang membalut hidupnya. Bangun pagi hingga kembali beristirahat di malam hari adalah sebuah agenda yang berjalan mengalir begitu saja, tidak ada prioritas hidup ataupun target yang ingin dikejar atau dicapai. Tatkala orang memiliki prioritas dalam hidup, maka ada target yang ingin dicapai dalam hidup sehingga menuntun mereka untuk memiliki daya juang dan motivasi untuk mencapainya. Hidup menjadi lebih menantang dan dinamis.

Prioritas dalam hidup sesungguhnya menjadi alasan yang kuat bagi setiap pribadi untuk konsisten dalam disiplin diri dan ketekunan yang militan. Ketika sesorang ingin hidup sehat sebagai prioritas dalam hidupnya, maka ada alasan besar dalam kesehariannya untuk mengusahakan berbagai cara tentang hidup yang sehat. Bangun pagi, olah raga rutin, makan yang sehat dan cukup, mengatur pola tidur yang baik, olah rohani yang rutin, itu semua menjadi ketekunan dan kedisiplinan diri yang selalu diusahakan. Prioritas hidup sehat menghantarkan pribadi pada kebiasaan-kebiasaan baik.

Pada akhirnya disiplin diri dan ketekunan menjadi senjata yang ampuh dalam mencapai kesuksesan apapun. Segala sesuatu membutuhkan proses, dan segala proses dapat berjalan dengan baik karena ada kedisplinan dan ketekunan yang berkesinambungan. Waktunya menikmati proses dalam konsistensi dan biarlah hasil menjadi anugerah dari proses yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun