Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (5): Ulangan ala Sang Guru, Bebasnya Pembelajaran

3 September 2021   04:05 Diperbarui: 3 September 2021   04:03 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku #The_Educatorship, 2016.

Pengalaman ini adalah yang pertama dialami anak-anak. Dengan ulangan model ini sesungguhnya ada beberapa nilai-nilai yang ingin sang guru tanamkan dan kembangkan pada anak-anak. 

Dengan membuat soal sendiri, sang guru mencoba menunjukkan kepada anak-anak bahwa menjadi pembelajar bukan hanya sekedar menjadi penjawab soal belaka karena itu identik dengan buruh pabrik yang hanya melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi. 

Sang guru mencoba membuka paradigma belajar anak-anak bahwa belajar pun dapat dengan membuat pertanyaan atas apa yang dipelajari. Dengan membuat pertanyaan maka anak-anak secara tidak langsung berusaha memahami dan menganalisis materi yang sudah mereka pelajari.

Dengan menukar soal antar anak lalu mengerjakannya, sang guru pun berusaha membuat anak-anak saling belajar satu sama lain. Kadangkala paradigma belajar di sekolah adalah belajar dari guru sehingga guru seolah-olah menjadi sumber ilmu yang serba tahu dan bahkan serba benar. 

Sang guru mencoba mengenalkan pada anak-anak bahwa mereka bisa belajar satu sama lain, salah satunya dengan menjawab soal dari temannya sendiri. 

Hal ini juga mencoba menggeser persepsi bahwa guru adalah tukang membuat soal sehingga jika soal yang dibuat sulit dan para siswa tidak bisa mengerjakannya maka guru itu dinilai hebat.

Selanjutnya, mengoreksi hasil perkerjaan teman atas soal yang dibuatnya menjadi sebuah media bagi sang guru agar anak-anak menjadi orang yang bertanggung jawab dan menghargai orang lain. 

Momen ini menjadi sebuah kesempatan bagi anak-anak untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dibuat dengan mengoreksi jawaban teman dengan pemahaman yang sudah dimiliki si pembuat soal. Dan, mereka pun belajar menghargai hasil kerja temannya dengan memberi feedback yang obyektif. Feedback dan skor itu menjadi sebuah bukti tanggung jawab dan penghargaan anak-anak dalam ujian itu.

Sang guru sangat senang dengan proses itu karena anak-anak bisa melakukan semua proses itu dengan baik. Sang guru pun bangga kepada anak-anak karena dalam refleksi di akhir ujian itu terungkap bahwa anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan, bukan sekedar mengejar skor belaka. Rasa tanggung jawab, obyektif, jujur, berjuang, menghargai orang lain, kreatif, dan masih banyak lagi nilai-nilai yang terungkap dalam refleksi siang itu.

Pembelajaran untuk Guru

Rupanya ulangan model ini pun menjadi sebuah pembelajaran tersendiri bagi sang guru. Hal yang jelas nyata adalah sang guru belajar untuk menghargai apa yang sudah dilakukan anak-anak dengan membuat penilaian tertentu untuk nilai ulangan anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun