Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (42): Kedalaman Berpikir dan Bernurani yang Menjadikan Bijak dalam Kata-kata

6 Agustus 2021   04:05 Diperbarui: 6 Agustus 2021   04:04 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.stevenaitchison.co.uk

Semakin sedikit seseorang berpikir, semakin banyak ia berbicara. (Charles-Louis de Montesquieu)

Berpikir merupakan aktivitas raga yang melibatkan seluruh jiwa dan nurani yang selalu mengalir dalam kehidupan manusia seiring dengan aliran darah yang tak henti menelusuri seluruh rongga-rongga kehidupan dalam segala fenomena kehidupan ini. 

Berpikir menjadi sebuah habitus (kebiasaan) diri yang tak pernah berhenti seiring mata terbuka menangkap segala gejala visual yang memberikan gambaran dan pandangan untuk dipikirkan. 

Dan berpikir tak mau berhenti tatkala telinga, mata, dan seluruh indera memberikan signal tentang kehidupan yang begitu kaya makna ini.

Pada fase tertentu berpikir memberikan kualitas diri pada setiap pribadi yang menunjukkan kebijaksanaan setiap pribadi dalam menjalani hidup. 

Semakin orang belajar cara berpikir dengan baik dan benar senantiasa akan memberikan bentuk karakter yang baik pula padanya, sehingga pemahaman, penalaran, logika, dan analisis dalam kehidupan menjadi selaras dengan nilai-nilai luhur kebenaran dan memberikan keteduhan inspirasi bagi sesama dan semesta, bukan kegaduhan yang membrutalkan tatanan nilai dan moralitas. 

Kedalaman berpikir dalam pengolahan intelektualitas memberikan ruang dan waktu bagi manusia untuk melihat berbagai sudut pandang kehidupan yang menjadikannya manusia bijak, toleran, kooperatif, dan menyukai nilai-nilai humanisme dalam setiap langkah kehidupannya.

Illustrasi. embracemindfulness.org
Illustrasi. embracemindfulness.org
Kedalaman berpikir bukanlah identik dengan menjadi manusia pintar dan cerdas yang biasa diberikan oleh dunia pendidikan sebagai bentuk pelebelan manusia atas dasar tingkat kuantitas dari hasil belajar. 

Kedalaman berpikir bukanlah hasil dari sebuah evaluasi yang memberikan kesimpulan tertentu yang seolah-olah mewakili keseluruhan pribadi. 

Angka-angka itu seringkali membunuh potensi dan cita-cita manusia untuk berkembang dan terus berkembang karena terhenti oleh penghakiman penilaian yang dipercayai banyak orang memiliki tingkat kebenaran yang tinggi.

Kedalaman berpikir adalah sebuah proses terus-menerus dan berkesinambungan dalam hidup yang tak pernah berhenti selama kehidupan dan nafas masih berhembus. 

Biarlah segala angka-angka pelebelan menjadi kuantitas pelecut semangat untuk berkembang, namun ada fakta-fakta kualitatif dalam diri manusia yang boleh diolah dan dikembangkan dalam proses belajar di manapun dan kapanpun secara personal maupun komunal, yang semua itu melebihi dari data-data kuantitatif. 

Kedalaman berpikir senantiasa menjadi proses belajar setiap saat dari berbagai sumber yang begitu kaya dalam kehidupan ini lewat sesama, semesta, literatur, teknologi, perjumpaan, dan segala hal yang mengembangkan.

Illustrasi. workthatmatters.co.za
Illustrasi. workthatmatters.co.za
Pada fase tertentu kedalaman berpikir menjadi sebuah kebijaksanaan pribadi tatkala ada kolaborasi yang padu terhadap nurani yang memberikan arah pada kebaikan dan kebenaran. 

Sinergis antara berpikir dan bernurani senantiasa menggerakkan manusia pada hal-hal baik dalam dirinya, peduli pada sesama dan semesta, dan memegang komitmen tinggi pada nilai-nilai baik kehidupan. 

Begitu indahnya dunia ini tatkala relasi manusia diselimuti pikiran yang luas dan mendalam bersatu dengan nurani yang tak pernah ingkar pada moralitas.

Kebijaksanaan yang mengalir dari kedalaman berpikir dan nurani akan memberikan kontrol diri bagi manusia dalam merangkai kata setiap waktunya sehingga tidak menusuk rasa sesama yang menimbulkan luka yang mendalam. 

Tutur kata yang terucap senantiasa memberikan makna kehidupan, bukan memberikan kekacauan, kegaduhan, kebrutalan, dan kebohongan. 

Kata-kata yang terucap bukan lagi sampah-sampah diri yang mengotori dunia dan membusukkan nilai-nilai kehidupan yang begitu indah dan mempesona. Akhirnya, kedalamana berpikir dan nurani biarlah terus mengalir dan mengalir memberikan kekaguman pada kehidupan.

Illustrasi Menulis Makna. aspiremag.net
Illustrasi Menulis Makna. aspiremag.net
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. 

Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun