Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seri untuk Negeri (10): Inspirasi Hesse, Covey, dan Bunda Teresa

12 April 2021   14:15 Diperbarui: 12 April 2021   20:01 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. theconversation.com

Perjalanan itu menembus semua zaman, tidak hanya masa kini tetapi juga zaman pertengahan bahkan renaisans. Lebih dari itu, perjalanan ini juga menyatu dalam spirit tokoh-tokoh seperti Lao Tse, Pythagoras, Plato, dan lainnya. Satu titik bidik Hermann Hesse adalah membawa pembaca untuk bergerak menuju perkembangan spiritual.

Kata kunci yang dapat dipegang dari novel itu adalah kata "Timur". Timur sangat identik dengan sesuatu yang baik, nyaman, tenteram, damai, atau dalam bahasa Hesse identik dengan perkembangan spiritual manusia. Tentunya perkembangan menuju arah yang lebih baik dan humanis dalam kebenaran. 

Seruan Bersama

"Sekarang itu banyak orang pintar tapi orang jujur sulit dicari". Begitulah ungkapan seorang bapak keluarga di daerah pedesaan. Tepatnya saat saya sedang mendampingi para siswa live in di daerah pedesaan. Pernyataan ringan dan polos dari seorang bapak yang SD saja tidak lulus tapi sungguh mendalam dan juga satir untuk masyarakat Indonesia, para pemimpin khususnya.

Tidak boleh dipungkiri bahwa kebrutalan dan anarkisme telah terjadi di bumi pertiwi ini. Alam pun tak kuasa melihat semuanya itu dan menghentak bumi pertiwi dengan berbagai bencana yang mengerikan dan memilukan. Bahkan rasa "ketimuran" kita sudah luntur di mana perasaan dan kasih sayang tinggal kenangan saja. 

Semua itu tergantikan dengan rasionalitas dan sadisme pribadi atau golongan. Banyak berita-berita kriminal di berbagai media yang ada dan juga banyak kasus penggelapan dana bantuan untuk orang-orang yang sudah susah akibat bencana serta dana publik lenyap begitu saja. Belum lagi sikap "brutal" para pemimpin kita terhadap kepentingan masyarakat lewat aksi korupsi yang merajalela.

Melihat keadaan bangsa ini tentunya sangatlah jauh dari kebijaksanaan atau dengan bahasa Hesse jauh dari perkembangan spiritual bangsa. Yang ada materi membutakan semuanya dan parahnya membunuh nurani. 

Kita tidak hanya krisis moneter tetapi lebih dari itu, krisis moral dan krisis kebijaksanaan. Mengerikan sekali, jangan-jangan antara manusia dan binatang sulit dibedakan. Atau peran dan karakter itu akan terbalik di mana akan terbentuk komunitas manusia yang binatang dan binatang yang manusia.

Sepakat dengan ide dan sharing pengalaman Stephen R. Covey dalam buku bestseller-nya, The 8th Habit -- Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan, perlunya menemukan suara diri dan mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka. Suara itu dapat merujuk pada suara kemerdekaan jiwa atau panggilan hidup. Pada akhirnya, keagungan itu memerlukan kerendahan hati untuk mendengarkan nurani dan melakukan segalanya dengan kasih.

Semakin dimantapkan oleh ungkapan Bunda Teresa, seorang biarawati keturunan Albania dan berkewarganegaraan India yang mendirikan Misionaris Cinta Kasih, bahwa hanya sedikit di antara kita yang bisa melakukan hal-hal yang besar, tetapi semua orang di antara kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta besar. 

Dengan cinta yang besar, pastilah tak akan ada pemimpin yang brutal dan egois. Banyak orang bahkan para pemimpin melakukan hal-hal yang besar tapi tidak dengan kasih yang besar. Akan tetapi, hal itu untuk memperoleh keuntungan (baca: korupsi) yang besar. Sebenarnya dengan cinta yang besar, tak akan ada kesenjangan yang begitu jauh di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun