Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seri untuk Negeri (5): Pendidikan dan Krisis Keteladanan

28 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 28 Maret 2021   05:08 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah proses membangun kebiasaan baik dalam dunia nyata. 

Segala sesuatu yang dilakukan di sekolah sudah semestinya berkaitan dengan dunia nyata anak didik beserta lingkungannya. Bahkan, segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia nyata adalah sumber belajar bagi anak didik untuk membangun kebiasaan dalam kehidupannya masing-masing.

Kebiasaan anak didik terbangun salah satunya melalui keteladanan dari lingkungannya atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan karena dunia global dan nasional sedang mengalami krisis keteladanan. Sudah terlalu banyak contoh-contoh yang tidak patut diteladani di negeri tercinta ini dengan maraknya perseteruan antar golongan dan kelompok politik yang mengabaikan asas kesantunan dan kepatutan. Para tokoh bangsa ini dengan tidak tahu malu terus mengumbar kata-kata dan tindakan yang memalukan, anarkis, dan jauh dari sebutan tokoh atau pemimpin. Keadaan ini benar-benar memilukan bagi generasi muda yang masih dalam proses pembentukan dalam dunia pendidikan.

Berangkat dari keadaan negara yang jauh dari kondusif ini, anak-anak negeri tercinta dapat belajar banyak. 

Pertama, anak-anak belajar bahwa perbedaan golongan dan paham berarti bebas bertutur dan bersikap tanpa harus mempertimbangkan akal sehat dan nurani. 

Perseteruan kubu pemerintah dan non pemerintah menjadi sebuah sumber belajar yang menarik bagi anak-anak di sekolah, di mana anak-anak menjadi tahu dan sadar bahwa demi kepentingan golongan apapun harus diusahakan walaupun harus mengorbankan akal sehat dan hati nurani. Semua tutur kata dan perilaku diatasnamakan demi kepentingan bangsa walau sesungguhnya demi kepentingan golongan belaka. Sangat memalukan.

Inilah tragedi pendidikan pertama karena pengaruh orang-orang dewasa yang tidak bisa diteladani. Ada dua kemungkinan bagi generasi muda yang sedang belajar ini, yakni: menjadi semakin parah kelak atau menjadi lebih baik dengan mengabaikan segala tutur kata dan tindakan para pemimpin yang ada. Tantangan bagi sekolah adalah membiasakan anak-anak untuk santun dalam tutur kata dan perbuatan. Lebih dari itu, sekolah akan berjuang keras untuk membiasakan budaya menghargai satu sama lain dalam keragaman yang ada.

Kedua, anak-anak belajar bahwa permusuhan merupakan kebaikan dalam memperjuangkan tujuan tertentu. 

Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia disuguhi aroma permusuhan sengit antar kubu elit tertentu. Anak-anak melihat, merekam, dan menalar seluruh peristiwa itu sebagai sumber belajar. Cerita persahabatan dalam dongeng-dongeng ataupun cerita-cerita fiksi hanyalah khayalan dan imajinasi belaka yang sulit ditemukan di zaman sekarang. Anak-anak disuguhi perang kata-kata antar elit politik atau golongan tertentu, bahkan anak-anak merekam dengan jelas segala bentuk kerusuhan-kerusuhan anarkis di negeri tercinta ini. Semua itu adalah sumber belajar yang aktual dan faktual bagi anak-anak. Mengerikan.

Dunia pendidikan kembali-kembali menghadapi tragedi mengerikan dalam usahanya membangun kebiasaan baik dan positif bagi anak-anak. Bisa jadi semangat "Laskar Pelangi" dalam novel yang ditulis Andrea Hirata mulai sirna dalam dunia pendidikan kita karena perlahan-lahan tergerus oleh ketidakteladanan para orang dewasa di negeri tercinta ini. Tidak heran jika dunia pendidikan mulai disemarakkan dengan tawuran bahkan berbagai tindak kriminal. Bisa jadi, hal itu merupakan buah-buah belajar dari ketidakteladanan para orang dewasa ini. Kembali-kembali dunia pendidikan harus berjuang keras dalam memupuk dan membiasakan persahabatan dan kesetiakawanan di dalam dunia pendidikan ala anak-anak Laskar Pelangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun