Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (46): Malam Itu... Malam Itu...

10 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 10 Maret 2021   04:08 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.gettyimages.com

Akhir hidup seseorang sering diungkapkan sebagai petaka yang dikarenakan celaka tak terduga. Sesal dan duka menjadi syair kehidupan yang berharap roda berputar kembali pada titik nol untuk memperbaiki petaka menjadi sukacita. Petaka bukanlah celaka, tapi sebuah rencana Sang Pencipta.

Rino, seorang lelaki tampan yang berasal dari desa terpencil memiliki mata yang indah. Ia sangat senang untuk membaca buku setiap waktu. Seringkali ia membaca buku di bawah paparan bintang- bintang di langit malam. 

Suatu saat Rino bersepeda menuju ke lapangan yang luas untuk mencari ketenangan saat membaca buku. 

Sesampainya di sana ia langsung duduk di tepi lapangan dan menghidupkan lampu senter sebagai penerangan. Waktu yang cepat berlalu dan malam yang semakin larut membuat Rino harus segera bergegas pulang.

Meninggalkan gumpalan ilalang yang berserak di lapangan membuat hati Rino berevolusi seketika. Wajahnya muram karena ia harus meninggalkan sang ilalang, sahabatnya. 

Selama perjalanan menuju rumahnya yang berada di desa ia menyusuri tepi sungai yang sangat deras arusnya. Selain itu, ia juga melewati perumahan orang-orang kaya dengan rumahnya yang tinggi bak Menara. 

Rino yang hidupnya sederhana sangat kagum melihat rumah tersebut dan bermimpi untuk memilikinya suatu saat nanti. Saat ia membayangkan masa depannya, tak sadar sepedanya oleng dan melawan arus di jalan raya. Mobil dengan kecepatan maksimal langsung melibas sepeda Rino dari arah yang berlawanan.

Daur!!! Tabrakan tak terhindarkan dan Rino langsung tergeletak di jalan raya. Sang sopir yang menabraknya langsung turun dan melihat kondisi korban. Sopir tersebut langsung terkejut setelah melihat kondisi korban karena ia menabrak anaknya sendiri. Rino tergeletak tak berdaya dengan posisi tubuh yang melengkung seperti koma dan darah yang terus mengalir keluar dari kepalanya. 

Joni, sang ayah, segera membawa Rino ke UGD rumah sakit terdekat. Setelah Rino dirawat tim medis, Joni langsung membaca koran sembari menunggu kabar Rino. 

Seketika Joni menjadi sedih karena ia melihat berita pembunuhan berencana orang tua kepada anaknya yang tertulis dengan tinta tebal di halaman pertama koran. Ia sangat takut karena tidak mau hal- hal yang tidak diinginkan terjadi pada Rino.

Joni yang masih belum bisa menerima kondisi anaknya terus berusaha menenangkan diri sendiri dengan minum sebotol soda. Tak lama kemudian dokter datang menemui Joni, ia mengutarakan bahwa ada benjolan besar di kepala dengan titik- titik warna hitam.

Muka Joni langsung berubah warna menjadi merah karena bingung akan keadaan anaknya. Tak lama kemudian Reni, ibu dari Rino datang bersama saudara- saudaranya. 

Karena ruang tunggu yang sempit mereka semua berbincang- bincang di halaman rumah sakit. Beberapa jam kemudian, saudara- saudara Reni pamit untuk pulang karena hari sudah berganti dan subuh telah menanti. Sebelum pulang mereka bergandengan tangan layaknya rantai dan membuat lingkaran untuk berdoa dan menguatkan satu sama lain.

Joni dan Reni terus menunggu kabar dari dokter dengan duduk di kursi ruang tunggu. Mereka yang tegang berusaha menenangkan diri dengan membeli air mineral gelas dan meminumnya secara perlahan. 

Di sisi lain, manusia yang tergeletak dirawat dokter terbaring tak berdaya dan hanya berharap mukjizat terjadi. Tiga jam kemudian dokter keluar dari ruang perawatan dan menemui orang tua Rino dengan membawa kertas. 

Kertas dengan tulisan yang bertele-tele itu menyatakan bahwa Rino sudah tenang di sisi-Nya. Sontak mereka langsung terkejut dan hatinya terpanah oleh keadaan. 

Air mata Joni dan Reni tak terbendung dan terus mengalir seketika. Mereka sedih karena Rino, anak tunggal kesayangannya telah mengakhiri peradabannya di dunia.

*WHy-nanD

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun