Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga sebagai Pondasi Kemanusiaan yang Positif

4 April 2018   13:22 Diperbarui: 4 April 2018   13:34 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.cadenamaxima.com

Pribadi yang besar adalah pribadi yang memaksimalkan kekuatannya daripada terus-menerus menyangga kelemahan diri dalam hidup. Pribadi kerdil selalu jatuh pada kelemahan yang dimilikinya bahkan secara aktif mencari kelemahan orang lain.  Pribadi yang berkembang selalu memiliki waktu dan energi untuk menemukan potensi diri dan mengembangkannya. Akibatnya adalah pribadi ini mampu berelasi secara positif dengan orang lain dalam sebuah komunitas yang kondusif.

Sejalan dengan paradigma positif tersebut, dunia pendidikan sudah seharusnya mengedepankan dan selalu mengembangkan semangat positif dalam paradigma dan praktisnya sehingga anak-anak benar-benar terbantu untuk belajar dalam lingkungan yang menghargai harkat dan martabat sebagai manusia beradab. Dunia pendidikan sudah semestinya menjauhkan segala hal yang merendahkan harkat dan martabat demi tercapainya peradaban baru yang humanis.

Pendidikan yang mengembangkan manusia adalah pendidikan yang memberi kenyamanan sekaligus memberikan peluang bagi seluruh komponen di dalamnya untuk mengembangkan diri secara sinergis dengan kebutuhan zaman yang juga terus berkembang secara pesat. Pastinya pengembangan tersebut mengarah pada level kemanusiaan yang positif.

Pengembangan dunia pendidikan diawali dan didasari dari pendidikan keluarga yang kokoh dan terarah. Keluarga yang memiliki kebiasaan baik menjadi modal yang baik pula bagi anak-anak untuk belajar di lingkungan sekolah. Tata krama, cara berpikir, cara berelasi, pengolahan rasa, komitmen diri, dan berbagai tradisi baik dalam keluarga benar-benar menjadi pondasi sekaligus pilar kokoh bagi anak-anak dalam menghadapi dinamika di sekolah.

Keluarga sejatinya harus memiliki kurikulum sederhana sejenis komitmen bersama untuk menciptakan suasana dan semangat bersama dalam komunitas keluarga. Dinamika dan problematika keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian anak yang tercermin dalam perilaku dan kepribadiannya. Keluarga yang selalu mengembangkan hal positif akan memberi dampak yang positif pula sehingga anak-anak akan nyaman dan yakin pada potensi dan kemampuannya.

Keluarga sebagai pendidikan paling dasar hendaknya menjadi sebuah fokus utama masyarakat dalam mengembangkan mentalitas generasi. Kebiasaan positif layak untuk dikembangkan dalam rangka mempersiapkan generasi yang kreatif, proaktif, dan mampu memimpin dirinya dan orang lain. Kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga akan sangat membantu dalam membangun kebiasaan baik dalam belajar di sekolah.

Lebih hebatnya lagi adalah anak-anak akan belajar secara cepat dari keteladanan orang tua. Kebiasaan baik orang tua dalam keluarga dapat menjadi modal yang kuat bagi anak dalam menghadapi berbagai dinamika pembelajaran dan aktivitas di sekolah. Orang tua yang memiliki kebiasaan membaca di rumah dapat memberikan inspirasi dan dorangan bagi anak-anak untuk mencontohnya. Dengan menirukan kebiasaan baik orang tua tersebut, anak-anak memiliki modal untuk belajar membaca secara berkualitas tatkala belajar di sekolah. Minat baca bertumbuh subur di rumah dan sekolah. Dengan demikian, kebiasaan di keluarga menjadi modal bagi dinamika di sekolah.

Aturan-aturan dalam keluarga yang memperkuat komitmen anggota keluarga pun dapat menjadi modal hebat bagi anak dalam melakukan aktivitas di luar keluarga, seperti di sekolah, masyarakat, atau pertemanan. Proses internalisasi diri pada anak-anak sesungguhnya dimulai dari keluarga.

Ketika keluarga membiasakan untuk selalu menepati janji (keep your promises) untuk setiap anggota keluarga, maka akan muncul dan terbangun kebiasaan untuk konsisten terhadap anggota keluarga. Orang akan belajar bertanggung jawab tatkala sudah berjanji dan minta maaf jika tidak dapat menepatinya. Kebiasaan ini akan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kata-kata yang terucap dan ksatria untuk mengakui kesalahan. Ketika anak belajar di sekolah dengan bekal kebiasaan menepati janji ini, maka dia akan menjadi pribadi yang terus berkembang dalam segala aktivitas di sekolah dan bertanggung jawab dengan segala komitmennya.

Ketika keluarga terbiasa berbagi pengalaman satu sama lain (sharing) setiap hari di waktu makan malam, waktu santai, atau waktu tertentu, maka akan tumbuh rasa percaya satu sama lain (trust) dan anggota keluarga saling belajar untuk mendengarkan satu sama lain. Sebuah masyarakat atau komunitas hancur tatkala terjadi krisis rasa percaya satu sama lain dan tidak adaknya kearifan untuk mendengarkan. Anak-anak yang didik di dalam keluarga dengan kebiasaan sharing ini akan terbantu untuk mengaktualisasikan dirinya dalam proses belajar di sekolah. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang berani berpendapat, berbagi, dan mau mendengarkan orang lain.

Ketika keluarga dapat menghidupkan kasih satu sama lain (love each other) bagi setiap anggota keluarga, maka rasa menghargai dan menjaga satu sama lain menjadi nuansa yang begitu indah dalam keluarga. Anak-anak yang didik dalam keluarga yang penuh kasih ini akan menjadi anak-anak yang bisa menghargai guru, karyawan, dan teman-teman di sekolah. Sekolah menjadi keluarga yang lebih luas bagi mereka sehingga kasih dan penghargaan pada yang lain merupakan sebuah keharusan yang terus-menerus diperjuangkan. Bahkan proses pembelajaran bukan lagi menjadi ajang kompetesi tetapi menjadi kesempatan melakukan kolaborasi satu sama lain sebagai satu keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun