Proses kostruksi masjid agung ini melibatkan beberapa nama arsitek besar, seperti Paolo Portoghesi,Vittorio Gigliotti, Sami Mousawi, dan Nino Tozzo. Dengan gaya arsitektur Postmodern Islami, gedung indah ini merupakan perpaduan keharmonisan antara dunia arsitektur Barat dan tuntutan budaya dari tradisi Muslim.
"Jadi, boleh dikatakakan bahwa masjid ini merupakan satu-satunya masjid besar di dunia yang tidak memiliki pengeras suara. Adapun syarat yang kedua adalah tinggi kubah masjid harus berada dibawah kubah Basilica Santo Petrus di Vatikan, yang merupakan pusat kekatolikan."
Interior utamanya menggunakan bahan-bahan lokal sehingga menghasilkan warna-warna khas Romawi, seperti travertine dan rosa terracotta. Bangunan ini diilhami oleh beberapa model masjid, yang berkarakteristik Maghreb dan Masjid Agung Cordoba, di Spanyol selatan, masjid Ottoman di Turki, dan masjid Persia.
Rumah doa ini terlihat harmonis, dengan lengkungan tiang-tiang kurva yang indah serasi dengan lingkungan sekitarnya. Suasana sekitarnya yang tenang menimbulkan aura kebijaksanaan dan moderasi untuk mengundang doa. Pualam yang mengkilap membuat hiasannya halus dan indah. Tidak terdapat dekorasi yang mencolok, kecuali di bagian atas tertulis dengan yang elegan dalam bahasa Arab.
Pada pusat doa dan kebudayaan ini juga terdapat perpustakaan dan ruang konferensi, dan tentu saja ruang doa. Waktu berkunjung secara bebas dapat dilakukan pada jam 9.00 hingga 12.00, kecuali selama Bulan Suci Ramadhan, atau hari raya Islam lainnya. Buat kamu yang sedang jalan-jalan di kawasan Roma, bisa berkunjung dan berdoa di sini.Â