Kita hidup dalam budaya "kurang". Kurang sukses, kurang cantik, kurang kaya. Kita berlari seolah-olah suatu hari nanti akan sampai di garis finish dimana kita akhirnya bisa berkata, "Sekarang saya cukup." Tapi 2.300 tahun lalu, filsuf Yunani Epicurus sudah mengingatkan: "Jangan merusak apa yang kau miliki dengan menginginkan apa yang tidak kau miliki."
Jerat "Nanti" yang Tak Pernah Tiba
Kita semua terjebak dalam pola pikir:
- "Nanti kalau gajinya sudah dua digit..."
- "Nanti kalau sudah punya mobil baru..."
- "Nanti kalau followers sudah tembus sepuluh juta..."
- "...baru saya akan bahagia."
Tapi "nanti" itu seperti ufuk - semakin kita mendekatinya, semakin ia menjauh.
Yang Terabaikan di Depan Mata
Sambil sibuk mengejar apa yang belum kita miliki, tanpa sadar kita mengabaikan:
- Kesehatan yang masih baik
- Hubungan yang tulus
- Pekerjaan yang menopang hidup
- Waktu luang yang bisa diisi dengan hal bermakna
Kita seperti sedang memegang mutiara, tapi sibuk mencari kerang.
Merasa Cukup: Bukan Berhenti Bermimpi
Epicurus tidak mengajak kita berpuas diri. Dia mengajak kita untuk merasa cukup - mampu menghargai apa yang sudah dimiliki sambil tetap berkembang.
Ini tentang menemukan kepuasan dalam perjalanan, bukan hanya menunggu sampai di tujuan.
30 Detik untuk Membuka Mata