Mohon tunggu...
Martina Prativi
Martina Prativi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Seni Tari Universitas Universal

Dosen Seni Tari Uvers yang menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Peran Fast Fashion di Era Digital Sebagai Perilaku Komsumtif di Masyarakat

20 Mei 2022   09:00 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:21 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan analisis ini, tanpa sadar masyarakat di sugguhkan kemudahan untuk melampiaskan hasrat berbelanja dan akses cepat mendapatkan barang. Maka, realitas yang terjadi adalah masyarakat serba cepat, mudah dan berkelanjutan. Dengan perilaku masyarakat seperti ini tentu menjadi peluang yang besar bagi industri fashion sebagai kebutuhan masyarakat dalam berpakaian. Saat ini berbagai tren fashion memiliki kecepatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang serba menginkan cepat saat ini, sebut saja Fast Fashion. Masyarakar cenderung akan lebih menyukai dengan hal yang berbau cepat dan mudah. Contohnya saja tempat makan yang menawarkan akses cepat dan instan, tentu akan sangat ramai. Maka begitulah industri fashion saat ini menawarkan kecepatan mode, gaya, dan style dengan model – model yang ditawari melalui akses digital.

Menurut Jean Budrillard, mendefinisikan bahwa komoditas dan mode produksi atas bermunculannya produk-produk trending dan terbaru secara cepat. Baudrillard mengatakan media massa menyimbolkan zaman baru di mana bentuk produksi dan konsumsi lama telah memberi jalan bagi semesta komunikasi yang baru. Cara hidup masyarakat saat ini telah mengalami perubahan, menuju budaya konsumsi dan perilaku kehidupan yang konsumtif. Masyarakat konsumerisme adalah masyarakat yang menciptakan nilai-nilai yang berlimpah ruah melalui barang-barang konsumerisme, serta menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan. Konsumen tidak lagi melakukan tindakan ekonomi suatu objek atas dasar kebutuhan atau kenikmatan.

Apabila masyarakat saat ini berbelanja bukan lagi untuk kebutuhan atau kenikmatan tetapi adalah sebuah kegiatan maka ini sudah menjadi perilaku yang boros. kegiatan mungkin terkesan sederhana tetapi ini bisa menjadi fenomena yang memiiki dampak buruk. Misalnya saja dengan limbah pakaian yang dihasilkan karena tidak dipakai lagi atau menumpuknya barang yang tidak bisa di daur ulang. Tentu ini tidak berdampak langsung melainkan memiliki dampak impulsif. Sedikit masyarakat dalam era digital saat ini menyadari dampak buruk mengikuti kecepatan mode (fast fashion), masyarakat condong ke arah dampak positif sebagai bentuk eksistensi diri ke dalam media sosial. Kegiatan ini tentu akan menjadi hal berkelanjutan yang nantinya akan bermunculan peluang – peluang baru dengan penawaran serba cepat.

Era digital adalah suatu zaman yang didominasi oleh teknologi berbasis data digital. Ini merupakan suatu kondisi adanya ruang simulasi atau dikenal dengan simulacra yang menggambarkan realitas secara nyata. Seperti kutipan dalam buku Jean Baudrillard yang diterjemahkan oleh Sheila Faria Glaser dikatakan dalam bahasa inggris bahwa :

“Hyperreality and simulation are deterrents of every principle and every objective, they turn against the power the deterrent that it used so well for such a long time. Because in the end, throughout its history it was capital that first fed on the destructuration of every referential, of every human objective, that shattered every ideal distinction between true and false, good and evil, in order to establish a radical law of equivalence and exchange, the iron law of its power. The capital was the first to play at deterrence, abstraction, disconnection, deterritorialization, etc., and if it is the one that fostered reality, the reality principle, it was also the first to liquidate it by exterminating all use-value, all real equivalence of production and wealth, in the very sense we have of the unreality of the stakes and the omnipotence of manipulation. Well, today it is this same logic that is even more set against capital. And as soon as it wishes to combat this disastrous spiral by secreting a last glimmer of reality, on which to establish a last glimmer of power, it does nothing but multiply the signs and accelerate the play of simulation” (Baudrillard, 1994)

Pengaruh ini tentunya akan membuat suatu pola kebiaaan yang tak ada lagi pembeda antara kebutuhan atau pola hidup. Keinginan dan kenikmatan berbaur menjadi sebuah kegiatan yang kurang baik dalam mengikuti mode berbusana, tanpa adanya passion atau minat lagi. Kekhawatiran akan era digital saat ini adalah perlu adanya rem yang memberikan kesadaran akan adanya pengaruh teknologi yang menawarkan kemudahan dan kecepatan. Teknologi hadir untuk membantu kegiatan manusia sehari – hari dan memudahkan bekerja, akan tetapi tak bisa dipungkiri sisi negatif teknologi yang tanpa sadar membawa kemalasan, keborosan dan pencemaran.

Isu pencemaran lingkungan dengan limbah pakaian sudah menjadi isu global dimana adanya produksi massa yang membuat limbah pakaian yang tidak bisa di daur ulang. Tren fast fashion tidak hanya menghasilkan limbah pabrik tetapi sebagai sampah pakaian yang sudah tidak dipakai oleh masyarakat lagi  Kebiasaan berbusana yang cepat berganti mode menumpuk menjadi barang tidak terpakai. Percemaran lingkungan yang terjadi saat ini tentu harus menjadi perhatian bagi pemerintah untuk melindungi alam dan lingkungan dari kerusakan global yang diakibatkan oleh manusia. Keadaan masyarakat pada masa modern tentu sudah tidak asing dengan adanya peran teknologi dalam kehidupan sehari – hari. Berkembangan teknologi saat ini memudahkam manusai dala aspek segala hal baik termasuk pada kemudahan-kemudahan bertransaksi belanja. Saat ini telah popular transaksi digital yang menawarkan kemudahan dalam segala kegiatan pembelian. Masyarakat di mudahkan dengan belanja 24 jam melalui platform digital dan penawaran super murah dengan berbagai diskon yang diberikan. Kegiatan seperti ini tentu akan sangat menguntungkan bagi industri.

Daftar Pustaka

Baudrillard, J. (1994). Simulacra and Simulation. United States of America: The University of Michigan Press.

Baudrillard, J. (1998). The Consumer Society. London: Sage Publication. 

Fadilah. (2011). Relevansi Logika Sosial Konsumsi Dengan Budaya Konsumerisme Dalam Perspektif Epistemologi Jean Baudrillard. Bekasi: Jurnal Universitas Islam 45

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun