Mohon tunggu...
Muhammad  Arsyad
Muhammad Arsyad Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang kapiran dan serabutan

Seorang kapiran dan serabutan. Masih Kuli-ah di IAIN Pekalongan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dukun Terakhir

6 Januari 2020   16:27 Diperbarui: 6 Januari 2020   16:51 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puas membuat Mahmudin, kang Tinus enyah dari tempat itu dan kembali ke warung tadi. Sepanjang perjalanan ia terus menggerutu, dan merasa puas sekali menghabisi Mahmudin. "Mampus kau ustaz tengik," pikirnya. Ia sampai ke warung, dicarinya Rawis ke dalam rumah pemilik warung. Ia tak ada di sana.

"Kemana Rawis?" tanya kang Tinus kepada pemilik warung.

"Sudah dibawa pergi."

"Kemana?" kang Tinus penasaran.

"Ke Balai Warga, ada peluru di perutnya."

"Peluru?" seolah tak percaya, mata kang Tinus melotot.

"Iya, sepertinya ia kena tembak, beruntung ia seorang dukun. Kemungkinan ia gagal mengeluarkan peluru dari ususnya. Perempuan itu hanya bisa menahan rasa sakit dengan ramuan-ramuan."

"Kenapa tak bawa ke klinik?" wajah kang Tinus cemas.

"Sukmanya sudah lepas dari raganya."

"Apa maksudmu?" wajah kang Tinus berkaca-kaca.

"Apa kamu tuli? Meninggal kang, perempuan itu meninggal. Warga sedang berkumpul di sana sebelum prosesi pemakaman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun