Penulis: Aisyah Humaira
Rumahku dihuni oleh enam orang: empat laki-laki dan dua perempuan, yaitu ayah, bunda, Kak Fahmi, Kak Farhan, Kak Faruk, dan aku. Kami adalah keluarga yang selalu bersama dalam suka dan duka.
Suatu hari, ayah dan bunda membeli sebuah ponsel baru.
"Kakak, adik, sini! Bunda dan ayah ada sesuatu untuk kalian," panggil bunda.
Kami berempat segera berlari menuju ruang keluarga dengan penuh antusias. Seperti anak kecil, kami berlarian sambil bercanda. Kak Fahmi menggendongku, sementara Kak Farhan mengangkat Kak Faruk.
"Cuma ada satu, kan?" tanya kami serempak.
Ayah tersenyum dan menjawab, "Kan kalian masih kecil, jadi HP-nya dipakai bersama dulu, ya."
"Oke, Ayah!" jawab kami bersamaan, menerima dengan senang hati.
Hari-hari berlalu, setiap pulang sekolah kami selalu menonton HP bersama. Walaupun hanya menonton film Ultraman, kebersamaan itu membuat rumah kami selalu terasa hangat. Kak Faruk, dengan sifatnya yang ceria, selalu mencairkan suasana dengan lelucon-leluconnya.
Beberapa tahun kemudian, Kak Fahmi, Kak Farhan, dan Kak Faruk masuk ke pondok pesantren. Sejak saat itu, aku merasa kesepian. Ayah dan bunda sibuk bekerja, sementara kakak-kakakku jauh dari rumah. Tanpa mereka, rumah terasa sunyi.