Seperti aliran sungai yang menembus celah-celah bebatuan, arus informasi digital kini mengalir deras menjangkau desa pelosok dan lapisan usia paling muda. Meski regulasi platform seperti TikTok dan Instagram menetapkan batas umur minimum 13 tahun, penelitian mengungkap bahwa banyak anak SD tidak hanya menjadi penonton pasif media sosial, tetapi juga menjadi pelaku aktif di dalamnya. Studi kualitatif dengan kelompok fokus siswa Indonesia usia 12-15 tahun dan orang tua menunjukkan bahwa sebagian besar remaja Indonesia menganggap dirinya "terampil" menggunakan media sosial, bahkan pada rentang usia yang secara hukum belum layak (Purboningsih etal., 2022).Â
Tingkat literasi masyarakat pedesaan di Indonesia masih menjadi permasalahan sistemik  dalam pembangunan sumber daya manusia yang inklusif. Meski pendidikan dasar telah menjangkau sebagian besar wilayah, kemampuan literasi dasar seperti membaca, menulis, dan memahami informasi masih tertinggal dibandingkan kawasan perkotaan. Data Badan Pusat Statistik (2023) menunjukkan bahwa persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf di daerah pedesaan hanya mencapai 92,85%, lebih rendah dibandingkan wilayah perkotaan yang telah menyentuh angka 98,12%.Â
Sejalan dengan data di atas, berdasarkan Indeks Literasi Digital Nasional tahun 2021, kemampuan masyarakat Indonesia dalam memahami etika, keamanan, dan konten digital masih tertahan pada level "sedang" dengan skor rata-rata 3,49 dari skala 5 (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2022). Maka tidak mengherankan jika arus digital yang kuat berpotensi membentuk dunia informasi yang bias dan rentan disinformasi jika tidak disikapi dengan literasi digital yang kuat dan kontekstual.
Ketimpangan ini menjadi refleksi nyata dari belum meratanya kualitas pendidikan dan akses terhadap sumber bacaan yang memadai di pedesaan. Maka pertanyaannya bukan lagi sekadar "apakah anak-anak di desa bisa membaca," melainkan "apakah mereka memiliki kesempatan yang adil untuk berkembang dalam ekosistem literasi yang sehat?" Tanpa intervensi sistemik dan berkelanjutan, kesenjangan literasi ini akan memperlebar jurang digital, sosial, dan ekonomi antar wilayah (UNESCO, 2022).
Dalam konteks ini, Kelompok Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2025 (PKM FEB UB 2025) hadir sebagai perintis pendidikan literasi digital di wilayah pedesaan yang terfokus di SDN 02 Ngadireso, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang kemudian diperkuat dengan intervensi sistematis seperti program sosialisasi selektif bermedia sosial di SDN 02 Ngadireso. Inisiatif ini dirancang tidak sebagai pembelajaran moral, melainkan juga edukasi interaktif yang membekali siswa dengan kemampuan mengenali hoaks, melakukan verifikasi sederhana, menjaga privasi, dan memahami cara memanfaatkan media sosial secara produktif dan aman.
Implementasi program mengadopsi pendekatan edukasi partisipatif dan active learning, melalui simulasi percakapan daring, kuis interaktif, dan beberapa pendekatan edukatif yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. Hal ini selaras dengan teori literasi digital multi-dimensi yang menekankan aspek teknis, analitis, sosial, dan etika (Julianto et al., 2023). Lebih jauh, penelitian di sejumlah SD di Indonesia mencatat bahwa peningkatan literasi digital berkontribusi signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis, self-regulated learning, dan hasil kognitif siswa (Bahri et al., 2024).Â
Dari pengamatan awal pasca implementasi  sosialisasi di SDN 02 Ngadireso, sebagian besar anak mampu mengidentifikasi berita palsu, menerapkan praktik privasi daring, dan menyebut langkah memverifikasi informasi melalui situs resmi. Ini membuktikan bahwa penguatan literasi digital sejak dini jika dilakukan dengan metode yang tepat dapat menumbuhkan kesadaran kritis dan tanggung jawab digital bahkan pada siswa SD.
Sejalan dengan temuan tersebut, studi yang dilakukan oleh Ramadhani & Astuti (2024) dalam wilayah Kecamatan Donomulyo dan Poncokusumo Malang mengungkap bahwa penggunaan modul digital interaktif berbasis lokal mampu meningkatkan keterlibatan belajar siswa hingga 35%, sementara kemampuan membaca kritis meningkat sebesar 22% dalam enam minggu di sekolah pedesaan. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun infrastruktur teknologi masih terbatas, kualitas materi ajar yang kontekstual dan pelatihan guru berperan lebih fundamental dalam mendorong literasi digital di wilayah ini. Artinya, intervensi pendidikan bukan soal sekadar menyediakan akses gawai, tetapi merancang pendekatan yang menyatu dengan budaya lokal.
Dengan dasar empiris beserta pendekatan teori secara akademis, program sosialisasi literasi digital di SDN 02 Ngadireso direkomendasikan untuk diinstitusionalisasikan sebagai agenda tahunan dengan modul yang diperbaharui secara berkala. Dukungan kelembagaan dari pemerintah daerah, pelatihan lanjutan untuk guru, serta kolaborasi aktif dengan orang tua dan komunitas lokal perlu diperkuat. Dengan demikian, generasi digital yang tumbuh di desa seperti Ngadireso tidak hanya menjadi pengguna media, tetapi warga digital yang sadar, bijak, dan berpijak pada nilai-nilai kebajikan dan pengetahuan.
Pada akhirnya, literasi selektif bermedia sosial merupakan fondasi penting dalam membingkai kesadaran digital sejak usia dini. Di tengah derasnya arus informasi dan banalitas konten, upaya edukatif yang menuntun peserta didik untuk tidak sekadar hadir sebagai konsumen pasif, melainkan sebagai subjek kritis yang mampu memilah, menimbang, dan bertindak bijak dalam lanskap digital. Sebab di era pasca-penemuan, yang dibutuhkan bukan hanya akses terhadap informasi, tetapi kecakapan untuk memaknainya secara bertanggung jawab. Â Mari kita dukung diri mereka menjadi pelopor perubahan, agar anak bangsa bukan hanya menjadi penumpang pasif arus digital, melainkan nakhoda yang mampu mengarahkan kapal mereka menuju samudra pengetahuan dan kebajikan.
Â
"Onderwijs is een revolutionair wapen in de handen van de onderdrukten."
"Pendidikan adalah senjata revolusioner di tangan mereka yang tertindas." -Â Tan Malaka, Menuju Republik Indonesia (1925), versi Belanda.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2023). Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf menurut daerah tempat tinggal 2023. https://www.bps.go.id/indicator/28/506/1/penduduk-usia-15-tahun-ke-atas-yang-melek-huruf-menurut-daerah-tempat-tinggal.html
Bahri, A., Hidayat, M. W., Putra, K. P., Ainun, N. A., & Arifin, N. (2024). The relationship between students' perception to the learning media, digital literacy skills, and self-regulated learning with students' learning outcomes in the rural area. Journal of Technology and Science Education, 14(2), 588--606. https://doi.org/10.3926/jotse.2513
Julianto, A., Handayani, I. N., & Abidin, R. (2023). Literasi digital sebagai keterampilan multidimensional untuk siswa sekolah dasar. Jurnal Cahaya Edukasia, 2(3), 142--155.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2022). Status literasi digital di Indonesia 2021. Kominfo RI. https://cdn1.katadata.co.id/media/microsites/litdik/Status_Literasi_Digital_diIndonesia%20_2021_190122.pdf
Prahasti, M., Sundari, N., & Mashudi, E. A. (2025). Peran orang tua dalam mengembangkan literasi digital anak usia dini: Studi pada TK di Jakarta Timur. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 9(5), 1801--1816. https://doi.org/10.31004/obsesi.v9i5.7285
Purboningsih, G., Massar, J. R., Hinduan, U., Agustiani, R., Ruiter, R., & Verduyn, P. (2022). Perception and use of social media by Indonesian adolescents and parents: A qualitative study. Frontiers in Psychology, 13, Article 985112. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.985112
Ramadhani, F. D., & Astuti, M. (2024). Implementasi media pembelajaran digital berbasis lokalitas untuk meningkatkan literasi siswa sekolah dasar di Kabupaten Malang. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 9(1), 45--56. https://doi.org/10.32585/jipd.v9i1.312
UNESCO. (2022). Global education monitoring report 2022: Literacy and education gaps. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000382060
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI