"Mereka adalah generasi yang harus kita jaga semangatnya. Kami ingin mereka tahu bahwa banyak orang yang peduli dan siap menemani langkah mereka," ujar Wahyu.
Para relawan yang mendampingi pun tak kalah bersyukur. Bagi mereka, kebahagiaan anak-anak adalah hadiah terbaik.
"Melihat mereka tertawa itu luar biasa. Kita mungkin hanya berbagi satu hari, tapi bisa jadi hari itu akan mereka ingat selamanya," ujar Vera, salah seorang relawan.
Vera, yang juga penggerak literasi, memberikan penjelasan terkait beberapa adegan yang mengandung kekerasan dalam film tersebut agar tidak ditiru dalam keseharian.
Kegiatan ini bukan hanya perayaan bulan Muharram, melainkan juga bentuk kepedulian nyata terhadap anak-anak yang kehilangan sosok orang tua. Harapan besar tersemat agar kegiatan serupa terus berlanjut, menjadi jembatan antara cinta, perhatian, dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak yatim.
Dengan penuh harap, anak-anak kembali ke Kuningan di sore hari, membawa oleh-oleh kenangan, semangat baru, dan senyuman yang merekah.
Bagi mereka, ini bukan sekadar nonton film, ini adalah hari ketika dunia memberi ruang bagi mereka untuk merasa berharga.Â
(DT Peduli Kuningan/Agus ID)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI