Mohon tunggu...
DT Peduli
DT Peduli Mohon Tunggu... Digital Marketing

Memberdayakan Umat dan memberikan peluang beramal

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kisah Baitul Qur'an DT Australia Rangkai Generasi Cinta Al-Qur'an

25 April 2025   16:05 Diperbarui: 29 April 2025   13:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri-santri Baitul Quran Daarut Tauhiid di Masjid Al-Latief Perth Australia (Sumber : DT Peduli) 

DTPEDULI.ORG | PERTH -- Di tengah kota Perth yang tenang dan multikultural, sebuah bangunan berdiri sederhana di sudut Langford. Dulunya adalah gereja, namun sejak Daarut Tauhiid (DT) mengambil alih bangunan itu dan mengubahnya menjadi Masjid Al-Latief, perlahan tempat ini menjelma menjadi jantung spiritual bagi komunitas Muslim Indonesia di Perth.

Pada awalnya, Masjid Al-Latief hanya digunakan untuk salat lima waktu. Namun seperti cahaya yang tak bisa disembunyikan, masjid ini berkembang. Ia menjadi tempat bersilaturahmi, berbagi, dan menumbuhkan mimpi termasuk mimpi tentang sebuah tempat belajar Al-Qur'an bagi anak-anak Muslim di tanah rantau.

Dan semua itu berawal dari sebuah percakapan ringan para ibu, di sela-sela kesibukan mereka selepas shalat.

Sebuah Pertanyaan yang Menggerakkan 

Bermula dari pertanyaan sederhana disela-sela obrolan, ibu-ibu bertanya dan mencari tempat untuk mengirimkan anaknya untuk belajar Al Qur'an. Berdirinya Baitul Qur'an Australia yaitu pengajian anak-anak berawal dari kebutuhan para muslim di sana.

Memang sudah ada pengajian anak-anak di Perth, namun kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Bagi keluarga yang berasal dari latar belakang campuran, atau non-Indonesia, tempat belajar Qur'an berbahasa Inggris justru berada cukup jauh dan sulit diakses.

Dari keresahan itu, tumbuhlah niat untuk mendirikan pengajian anak-anak yang inklusif. Tidak langsung bernama Baitul Quran, kelas itu hanya dimulai dengan satu fokus: hafalan Al-Qur'an, dan dibimbing langsung oleh Syekh Ahmad.

Bertumbuh Bersama 

Waktu berlalu. Antusiasme meningkat. Jamaah, terutama para ibu, mulai meminta agar dibuka kelas baru, dimulai dari Iqro 1 untuk anak-anak yang belum bisa membaca huruf hijaiyah. Permintaan itu disambut dengan semangat. Kelas pun berkembang, dari hafalan menjadi tahsin, dari satu tingkat menjadi beberapa.

Melihat pertumbuhan ini, Ustadz Yani, salah seorang pengurus Masjid Al-Latief, melakukan langkah besar: menghubungi Baitul Qur'an Bandung untuk meminta izin menggunakan nama mereka. Izin itu dikabulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun