Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat masih dalam tahap uji coba. Belum ada evaluasi komprehensif, tetapi kritik soal eksklusivitas sudah muncul. Guru Besar UI, Fasli Jalal, mengingatkan, "Pendidikan inklusif jangan sampai dikotak-kotakkan oleh branding politik. Semua anak bangsa berhak mendapat kualitas yang sama."
Koperasi Merah Putih yang digadang-gadang untuk memperkuat ekonomi kerakyatan juga belum menampakkan hasil signifikan. Data Kementerian Koperasi (Agustus 2025) menunjukkan baru 12 persen dari target nasional koperasi digital yang benar-benar berjalan aktif.
PR Besar: Korupsi dan Transparansi
Di titik ini, catatan merah justru datang dari agenda pemberantasan korupsi. Janji-janji politik terasa kontras dengan realita di lapangan. Intervensi politik dalam kasus Hasto Kristiyanto dan Thomas Lembong membuat publik meragukan independensi aparat penegak hukum.
Lebih jauh, dalam pengesahan RUU Perampasan Aset, Prabowo justru sempat meminta publik "tidak lupa pada keadilan bagi keluarga koruptor." Sebuah pernyataan yang mengaburkan makna keadilan itu sendiri.
ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam laporan September 2025 mencatat, tren vonis ringan terhadap koruptor semakin meningkat. Hanya 9 persen terdakwa korupsi yang dijatuhi hukuman di atas 10 tahun. Padahal kerugian negara dari korupsi tahun 2024-2025 diperkirakan mencapai Rp 45 triliun.
Seperti kata Bung Hatta, "Korupsi adalah musuh utama yang harus diberantas, karena ia menghancurkan sendi-sendi moral bangsa." Satu tahun ini menunjukkan bahwa musuh utama itu belum benar-benar menjadi prioritas.
Jalan Panjang ke Depan
Pemerintahan Prabowo-Gibran masih memiliki empat tahun lebih untuk membuktikan diri. Keberhasilan ekonomi makro perlu dibarengi dengan pemerataan kesejahteraan. Program unggulan harus diselamatkan dari jebakan gimmick politik. Dan yang terpenting, komitmen antikorupsi jangan hanya jadi jargon di spanduk.
Dalam politik, setahun bisa dianggap singkat. Tetapi bagi rakyat yang menunggu makan siang gratis tanpa takut keracunan, setahun sudah cukup lama. Seperti pesan bijak Mahatma Gandhi: "Keberhasilan sejati sebuah pemerintahan bukan diukur dari seberapa banyak yang dijanjikan, tetapi seberapa nyata yang dirasakan rakyatnya."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI