Kesan diskriminasi pun muncul. Setelah cucu Mahfud MD dilaporkan ikut menjadi korban, Kepala MBG segera meminta maaf secara khusus. Namun ribuan siswa lain yang mengalami hal serupa tidak pernah menerima permintaan maaf yang setara. Publik pun melihat perbedaan perlakuan yang mencolok: ketika elite terkena, respons cepat muncul; ketika rakyat kecil terdampak, kasus direduksi menjadi sekadar angka persentase.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah MBG hanya menjadi ajang pencitraan? Program yang sejatinya lahir untuk melindungi anak-anak justru berubah menjadi ruang eksperimen yang penuh risiko. Jika pola komunikasi dan pengelolaan tidak segera dibenahi, maka yang tersisa hanya krisis kepercayaan.
MBG: Program Gizi atau Eksperimen Massal?
Evaluasi menyeluruh harus dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku, pelatihan SDM, hingga audit independen. Transparansi data mutlak diperlukan agar masyarakat tahu jumlah korban sesungguhnya, bukan sekadar persentase yang dipoles untuk kepentingan politik.Â
Lebih jauh, kepemimpinan di tubuh BGN perlu ditinjau kembali. Jika Kepala BGN gagal menunjukkan akuntabilitas, mundur bisa menjadi pilihan terhormat demi menyelamatkan kredibilitas program. Rakyat tidak butuh angka 0,00017 persen; rakyat butuh jaminan bahwa anak-anak mereka aman ketika menerima makanan dari negara.
0,00017 Persen: Angka Kecil, Krisis Kepercayaan Besar
Viktor Frankl pernah menulis, "Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response." Pemerintah punya ruang untuk memilih: apakah menjadikan keracunan MBG sebagai pelajaran penting atau sekadar menutupinya dengan statistik. Karena sekecil apa pun persentase yang dipaparkan, rasa sakit ribuan anak tidak bisa direduksi menjadi angka.
Pada akhirnya, kasus MBG bukan soal matematika. Ia adalah soal moral, soal akuntabilitas, soal keberanian mengakui kesalahan. Jika terus berlindung di balik angka kecil, maka yang beracun bukan hanya makanan itu, melainkan juga nurani yang membiarkan rakyatnya menderita.***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI