Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Abubakar Ba'asyir Bertamu ke Jokowi, Ada Apa?

29 September 2025   17:35 Diperbarui: 29 September 2025   17:35 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abubakar Ba'asyir bertamu ke rumah Jokowi di Solo (Kompas)

Joko Widodo mungkin sudah terbiasa menerima tamu politik, pejabat asing, hingga warga kampung. Tapi siapa sangka, Senin (29/9/2025), rumahnya di Sumber, Banjarsari, Solo, kedatangan seorang tamu yang tak biasa: Abu Bakar Ba'asyir. Mantan narapidana terorisme, pengasuh Ponpes Al-Mukmin Ngruki, sekaligus sosok kontroversial yang namanya erat dengan sejarah kelam radikalisme di Indonesia. Jokowi sendiri mengaku kaget: "Sangat kaget saya kedatangan beliau," ujarnya singkat.

Jejak Kontroversial Ba'asyir

Abubakar Ba'asyir bukanlah nama asing. Ia pernah dipidana karena terbukti terkait pendanaan pelatihan teroris di Aceh (2011) dan sebelumnya disebut berhubungan dengan Jamaah Islamiyah, organisasi yang dihubungkan dengan Bom Bali 2002. Meski selalu menolak label teroris, pengadilan memutuskan ia bersalah. Baru pada 2021 ia bebas murni, setelah menjalani masa hukuman.

Tak heran, pertemuannya dengan Jokowi sontak memicu kehebohan. Publik bertanya-tanya: apa urusan seorang mantan narapidana terorisme bertamu ke mantan presiden?

Isi Pertemuan: Nasihat Islami

Menurut Jokowi, pertemuan singkat 20 menit itu berisi nasihat. "Intinya beliau menasihati saya untuk mengabdi pada Islam, sudah itu saja," kata Jokowi. Dari sisi Ba'asyir, ia menyebut kehadirannya semata-mata menjalankan kewajiban menasihati sesama muslim, termasuk pemimpin. Ia bahkan berharap Jokowi bisa menjadi "pembela Islam yang kuat" dan menerapkan hukum Islam di Indonesia.

Pernyataan ini jelas mengundang tafsir politik. Sebab, di era Jokowi pula Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan pada 2020 dan Rizieq Shihab dipenjara. Kini, salah satu tokoh Islam garis keras justru bertamu ke rumahnya dengan pesan damai. Ironis, atau strategi?

Tafsir-Tafsir yang Bermunculan

Setidaknya ada beberapa tafsir. Pertama, kunjungan ini murni religius: seorang ulama memberi nasihat kepada seorang pemimpin. Dalam logika Ba'asyir, menasihati itu wajib, titik.

Kedua, bisa jadi ini bagian dari upaya rekonsiliasi moral. Jokowi memang dikenal tidak menyimpan dendam. Prabowo yang dulu rival keras justru dia tarik jadi menteri dan kini Presiden. Mungkin sikap inilah yang membuat Ba'asyir merasa Jokowi bisa dirangkul.

Ketiga, tentu saja tafsir politik. Di tahun 2025, setiap gerak mantan presiden akan dibaca dalam kacamata politik. Ada yang menuding ini upaya menggeser persepsi: Jokowi yang kerap dituduh "kurang Islami" justru menerima tamu ulama kontroversial.

Positif dan Negatif untuk Jokowi

Dampaknya? Dari sisi positif, Jokowi tampak sebagai tokoh yang terbuka, mau menerima siapa saja tanpa pandang bulu, bahkan mereka yang dulu dianggap musuh negara. Ia memperlihatkan sikap negarawan yang inklusif. Seperti kata pepatah Jawa, "Sopo sing nandur bakal ngundhuh"---siapa yang menanam kebaikan, akan menuai kebaikan.

Namun, sisi negatifnya tak kalah besar. Pihak yang kritis bisa menilai Jokowi memberi panggung bagi eks-napi terorisme, bahkan melegitimasi ideologi yang dulu ia lawan. Bayangkan, sosok yang pernah dipenjara karena terorisme kini difoto akrab bersama presiden yang membubarkan FPI.

Politik Tanpa Dendam

Meski begitu, kunjungan ini juga menegaskan gaya politik Jokowi: merangkul lawan. Dari Prabowo hingga tokoh garis keras, semua bisa duduk satu meja. Dalam politik realis, itu disebut pragmatism at its best. Dalam bahasa bijak Nelson Mandela: "If you want to make peace with your enemy, you have to work with your enemy. Then he becomes your partner."

Pertanyaannya, apakah Ba'asyir benar-benar ingin rekonsiliasi atau sekadar menitipkan pesan ideologis? Dan apakah Jokowi menerima itu sebagai nasihat pribadi, atau ada implikasi lebih jauh?

Penutup

Pertemuan Jokowi dan Abubakar Ba'asyir adalah drama kecil yang menyisakan gema besar. Ia memunculkan kontroversi, membuka tafsir berlapis, sekaligus menguji konsistensi kita dalam berdemokrasi. Apapun tafsirnya, pertemuan ini menunjukkan satu hal: dalam politik Indonesia, kejutan selalu bisa datang dari pintu rumah yang tampak tenang.

Seperti kata filsuf Sren Kierkegaard: "Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards." Kita mungkin baru akan memahami arti kunjungan ini di masa depan. Untuk saat ini, publik hanya bisa bertanya: ada apa di balik salam hangat seorang Jokowi dan seorang Abubakar Ba'asyir?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun