Belum lagi potensi pengawasan negara yang bisa berubah menjadi alat represi politik.
Dan jangan lupa, kreativitas serta pluralitas identitas juga akan terganggu. Dunia maya adalah ruang berekspresi, bukan sekadar tempat berdebat politik. Membatasi satu akun berarti menutup kemungkinan bereksperimen dengan identitas dan karya.
Jalan Tengah yang Lebih Bijak
Daripada menutup pintu kebebasan dengan aturan kaku, ada jalan lain yang lebih seimbang.
Regulasi sebaiknya diarahkan pada tanggung jawab platform. Algoritma yang mengedepankan konten sensasional perlu diawasi. Transparansi tentang bagaimana sebuah konten naik daun harus diwajibkan.
Model verifikasi identitas tanpa membuka nama asli ke publik bisa jadi solusi. Platform tetap tahu siapa di balik akun, tapi publik masih diberi ruang untuk anonimitas terbatas.
Penguatan teknologi deteksi bot juga lebih urgen daripada sekadar membatasi jumlah akun. Dan tentu saja, literasi digital masyarakat adalah kunci jangka panjang untuk menekan hoaks.
Prinsip Kehati-hatian
Kebijakan apa pun yang dipilih harus berhati-hati. Data yang dikumpulkan tidak boleh melebihi kebutuhan dan harus dilindungi dengan ketat.
Pengawasan independen mutlak diperlukan agar kebijakan tidak berubah menjadi alat pembungkaman.
Jika ide satu orang satu akun tetap dipaksakan, sebaiknya dimulai dengan uji coba terbatas, evaluasi menyeluruh, dan keterlibatan publik dalam menilai dampaknya.