Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kala Media Mainstream Memberikan Panggung Pada Irasionalitas

27 Juni 2025   12:38 Diperbarui: 27 Juni 2025   12:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan ini bukan soal Jokowi semata. Ini tentang kita. Tentang bagaimana ruang diskusi kita, media kita, dan bahkan elite kita perlahan membuka jalan bagi kebisingan yang merusak, bukan suara yang mencerahkan.

PDIP dan Dilema Keheningan

Apa sebenarnya yang sedang terjadi di PDIP? Jika benar yang menyebar isu ijazah pasar Pramuka itu adalah salah satu tokoh internal, mengapa partai sebesar PDIP memilih diam?

Apakah karena ada friksi internal pasca Pilpres? Atau PDIP sendiri sedang bingung memilih antara warisan Jokowi dan arah baru pasca kekalahan?

Jika PDIP, yang selama ini mengusung nasionalisme dan rasionalitas sebagai identitas politiknya, membiarkan narasi seperti ini tumbuh di dalam tubuhnya, maka partai ini sedang membakar pondasi yang mereka bangun sendiri. Seperti kata pepatah Jawa, "Ojo dumeh, ojo nganti keblinger."

Saatnya Media Mengingat Tugasnya

Dahulu, media massa dipanggil sebagai pilar keempat demokrasi. Ia berfungsi sebagai penjaga kewarasan dan penyeimbang kekuasaan. Tapi hari ini, beberapa media justru menjadi katalis disinformasi, dengan dalih "menyediakan semua suara".

Tentu saja, dalam demokrasi semua orang berhak berbicara. Tapi media bukan sekadar pengeras suara. Ia punya tugas untuk menyaring, bukan sekadar menyebar. Kalau semua suara diwadahi tanpa sensor etis, maka media bukan lagi watchdog, melainkan noise amplifier.

"Media bukan cermin yang memantulkan segalanya, melainkan jendela yang memilih apa yang ditampilkan."
--- Bill Kovach & Tom Rosenstiel, The Elements of Journalism

Menolak Menyerah kepada Irasionalitas

Jangan salah. Ketika kita diam terhadap kebodohan publik yang diberi panggung, maka kita sedang memberi ruang untuk tumbuhnya otoritarianisme berbasis hoaks. Demokrasi yang membiarkan irasionalitas tumbuh tanpa kontrol akan menjadi demagogi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun