Danau Toba, bentang alam spektakuler yang menyimpan sejarah geologis luar biasa, tak pernah kehilangan pesonanya. Dengan kaldera raksasa yang terbentuk dari letusan supervolcano ribuan tahun lalu, dan dikelilingi panorama perbukitan hijau serta budaya Batak yang autentik, Toba bukan sekadar danau biasa—ia adalah mahakarya alam yang dianugerahkan pada Indonesia.
Tahun 2020 menjadi momen bersejarah. Kaldera Toba resmi masuk ke dalam daftar UNESCO Global Geopark (UGGp), pengakuan dunia terhadap nilai geologis, ekologis, dan budaya kawasan tersebut. Indonesia pun bangga. Dunia mengakui bahwa tanah di mana kita berpijak memiliki kekayaan tak ternilai yang harus dijaga.
Namun kabar terbaru yang datang dari Marakeh, Maroko, tempat perhelatan 10th International Conference on UNESCO Global Geoparks pada September 2023 lalu, mengguncang kita. UNESCO resmi memberikan “kartu kuning” kepada Kaldera Toba. Predikat prestisius itu kini terancam dicabut. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa Toba Mendapat Peringatan?
UNESCO memiliki mekanisme penilaian berkala untuk memastikan bahwa setiap geopark global yang mereka akui tetap memenuhi standar tinggi konservasi, edukasi, dan pembangunan berkelanjutan. Dalam kasus Toba, berdasarkan laporan resmi yang disampaikan UNESCO, beberapa alasan utama di balik peringatan tersebut adalah:
1. Pengelolaan Lingkungan yang Lemah: Ditemukan adanya pencemaran air dan degradasi kualitas lingkungan akibat limbah rumah tangga, pertanian, dan terutama limbah dari industri perikanan keramba jaring apung (KJA) yang masif.
2. Pembangunan Infrastruktur yang Kurang Terkontrol: Proyek pembangunan pariwisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity), seperti hotel atau resort yang dibangun terlalu dekat dengan garis pantai dan hutan-hutan lindung yang beralih fungsi.
3. Minimnya Partisipasi Komunitas Lokal: Banyak program geopark yang belum melibatkan masyarakat Batak secara maksimal. Edukasi publik, pemanfaatan potensi budaya lokal, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat masih berjalan lambat.
4. Kelemahan dalam Pelaporan dan Tata Kelola: Tim pengelola dianggap belum maksimal dalam menyampaikan laporan perkembangan dan langkah strategis untuk menjamin keberlangsungan situs geopark secara profesional dan sistematis.
Dengan kata lain, Toba dinilai gagal menunjukkan perbaikan dan komitmen kuat sebagai geopark global dalam beberapa aspek penting. Kartu kuning berarti peringatan serius: jika tidak ada peningkatan dalam dua tahun, predikat UNESCO Global Geopark bisa dicabut pada penilaian berikutnya.
Kesempatan untuk Bangkit