Ketika nama Paus Leo XIV diumumkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus, jutaan umat Katolik di seluruh penjuru bumi menahan napas. Bukan hanya karena terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik setelah wafatnya Paus Fransiskus, tetapi juga karena umat menantikan Urbi et Orbi, berkat pertama yang diberikan kepada kota (Urbi, Roma) dan kepada dunia (Orbi).
Bagi sebagian orang, momen itu mungkin hanya terlihat sebagai tradisi gereja yang megah dan khidmat. Namun di balik prosesi liturgis dan penampilan simbolik seorang Paus baru, tersembunyi makna teologis dan pastoral yang mendalam---terutama ketika berkat itu disertai dengan indulgensi penuh, sebuah warisan sejarah dan spiritualitas Gereja Katolik yang sering kali kurang dipahami secara utuh.
Apa Itu Berkat Apostolik?
Berkat Paus yang dikenal sebagai Urbi et Orbi bukanlah sekadar sapaan. Ia adalah bentuk tertinggi dari berkat apostolik, yang hanya dapat diberikan oleh seorang Paus dalam kapasitasnya sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Universal.Â
Secara liturgis, berkat ini biasanya diiringi dengan salib, tanda salib besar di udara, dan seruan: "Benedictio Dei omnipotentis, Patris, et Filii, et Spiritus Sancti descendat super vos et maneat semper." (Semoga berkat Allah yang Mahakuasa, Bapa, Putra, dan Roh Kudus turun atas kamu dan tinggal senantiasa.)
Namun makna berkat ini jauh lebih luas daripada gestur religius. Ia adalah tanda pemersatu umat beriman, deklarasi kasih dan pengharapan dari gembala tertinggi bagi kawanan dombanya yang tersebar di seluruh dunia. Berkat pertama Paus menjadi momentum spiritual yang membangun kembali semangat, terutama di tengah dunia yang dilanda konflik, ketidakpastian, dan krisis iman.
Mengapa Disertai Indulgensi Penuh?
Sejak Konsili Vatikan II dan dalam berbagai dekrit dari Penitensiaria Apostolik, berkat Urbi et Orbi menyertakan indulgensi penuh bagi semua umat Katolik yang menerimanya dengan disposisi rohani yang sesuai. Indulgensi ini bukanlah "penghapusan dosa", melainkan penghapusan hukuman temporal atas dosa yang sudah diampuni dalam sakramen tobat.
Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 1471), indulgensi adalah pengampunan di hadapan Allah atas hukuman temporal karena dosa, yang syaratnya telah diampuni, yang diberikan oleh Gereja melalui kuasa kunci yang diterimanya dari Kristus.
Indulgensi penuh yang menyertai berkat Paus berarti bahwa, dalam kondisi tertentu (pengakuan dosa, komuni, doa bagi Paus, dan bebas dari keterikatan pada dosa berat), seseorang dapat menerima pembersihan penuh atas hukuman dosa---suatu anugerah rohani luar biasa.
Sejarah dan Tradisi Panjang
Tradisi Urbi et Orbi sudah berlangsung sejak abad ke-13 dan mengakar dalam pemahaman Gereja akan peran Paus sebagai penghubung antara Kristus dan Gereja di bumi. Seiring waktu, khususnya setelah Reformasi dan Konsili Trente, konsep indulgensi sering disalahpahami atau disalahgunakan, hingga Gereja menegaskan kembali pengertiannya yang benar dalam dekrit dan konsili modern.
Indulgensi bukan alat jual beli keselamatan, sebagaimana menjadi salah satu isu utama Reformasi Protestan, tetapi ungkapan belas kasih Allah yang bekerja melalui Gereja-Nya.
Sikap Rohani yang Diperlukan
Agar seseorang benar-benar menerima berkat dan indulgensi yang menyertainya, dibutuhkan sikap kerendahan hati, pertobatan sejati, dan kesatuan dengan Gereja. Umat yang menyaksikan atau mendengarkan berkat tersebut, baik di Lapangan Santo Petrus atau melalui televisi dan media digital, harus:
1. Melakukan pengakuan dosa (sakramen tobat) dalam waktu beberapa hari.
2. Menerima Komuni Kudus.
3. Mendoakan intensi Paus (biasanya dengan satu Bapa Kami dan satu Salam Maria).
4. Bebas dari keterikatan pada dosa berat, termasuk dosa ringan secara sadar.
Jika syarat ini dipenuhi, maka indulgensi penuh dapat diterima bahkan melalui media elektronik. Ini ditegaskan oleh Penitensiaria Apostolik bahwa partisipasi secara spiritual melalui radio, televisi, atau media digital yang sah dan langsung (bukan rekaman), tetap sah untuk menerima berkat dan indulgensi.
Dalam Era Digital: Berkat yang Melampaui Dinding Basilika
Kemajuan teknologi memungkinkan berkat Paus menjangkau umat di pelosok dunia. Paus Leo XIV, dengan semangat evangelisasi digital, dalam pidato perdananya menyinggung pentingnya menjangkau "pinggiran digital" (peripheria digitale), suatu istilah yang sebelumnya populer dalam pontifikat Paus Fransiskus.
Hal ini mempertegas bahwa berkat apostolik bukanlah monopoli umat di Vatikan, melainkan hadiah rohani yang ditujukan bagi semua, termasuk yang menderita, terasing, atau tidak mampu hadir secara fisik. Sebuah pesan universal tentang belas kasih dan kesatuan.
Berkat sebagai Ajakan untuk Bertobat dan Berharap
Berkat pertama Paus Leo XIV bukan hanya simbol permulaan pontifikat baru, tetapi juga ajakan bagi umat Katolik untuk membuka diri terhadap rahmat Allah, memperbarui hidup, dan memperkuat kesetiaan pada Injil. Dalam dunia yang sering kali tenggelam dalam kekacauan dan polarisasi, suara lembut dari balkon Santo Petrus itu menggaungkan sebuah pesan: "Kita adalah satu, dan kasih Allah tetap hadir."
Indulgensi penuh yang menyertainya bukan hadiah murah, melainkan anugerah yang menuntut tanggapan iman. Maka, apakah kita siap menyambutnya?***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI