Saatnya Dewasa Dalam Demokrasi
Kita harus beranjak dari politik gaya lama. Dalam sebuah demokrasi yang matang, perbedaan pandangan adalah niscaya. Kritik adalah vitamin demokrasi. Namun kritik yang membangun berbeda dengan tuduhan tanpa bukti. Dan membangun demokrasi tidak bisa dilakukan dengan membakar kepercayaan rakyat terhadap institusi maupun pemimpinnya sendiri.
Yang terjadi hari ini adalah ujian kedewasaan kita. Prabowo jelas bukan presiden sempurna. Ia tetap harus diawasi, dikritisi, dan dievaluasi. Namun bukan karena kedekatannya dengan Jokowi lantas ia dicap boneka. Bukti independensi dapat dilihat dari beberapa langkah berani yang telah ia ambil---seperti rencana restrukturisasi kementerian, langkah menahan ekspor bahan pangan strategis untuk ketahanan nasional, serta ketegasan dalam diplomasi pertahanan di kawasan Indo-Pasifik.
Bahkan dalam konteks internal partai dan koalisi pun, Prabowo menunjukkan bahwa ia tidak semata-mata tunduk pada tekanan politik. Ia tetap memegang kendali penuh dalam menyusun kabinet, walau tentu dengan pertimbangan koalisi yang realistik.
Jangan Sibuk Mencurigai Pemimpin Sendiri
Kita tidak sedang kekurangan tantangan. Ekonomi global belum stabil. Krisis pangan dan energi mengintai. Perubahan iklim dan disrupsi teknologi terus mengubah wajah dunia. Indonesia membutuhkan persatuan, kolaborasi, dan fokus menyelesaikan masalah riil.
Mencurigai pemimpin sendiri secara membabi buta justru bisa menjadi pengkhianatan terhadap cita-cita bangsa. Kita tak boleh terlalu cepat mengadili, apalagi dengan label yang merendahkan martabat presiden hasil pemilu sah.
Tugas kita kini bukan menebar keraguan, melainkan memastikan pemerintahan berjalan di rel yang benar. Menjadi oposisi yang kritis, bukan destruktif. Menjadi rakyat yang cerdas, bukan pengikut bisik-bisik dunia maya.
Mari Bersatu
Dalam sejarah bangsa, persatuan selalu menjadi titik tolak kemajuan. Kita tidak akan maju jika setiap pemimpin baru selalu dicurigai, setiap program lama selalu ditinggalkan, dan setiap suara berbeda selalu dimusuhi.
Mari menilai Prabowo dari kerja nyatanya, bukan dari sentimen politik semata. Mari bersatu menghadapi tantangan besar di depan. Karena musuh kita hari ini bukan Prabowo, bukan Jokowi, bukan oposisi, tapi kemiskinan, ketimpangan, keterbelakangan, dan kebodohan yang terus membayangi masa depan anak-anak kita.
Kritiklah dengan cerdas. Kawal dengan data. Tapi jangan biarkan narasi boneka menjadi simbol kebangkrutan nalar kita sendiri.