Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sikap Terbelah PDI-P terhadap Prabowo, Mendukung atau Menjaga Jarak?

28 Oktober 2024   07:24 Diperbarui: 28 Oktober 2024   07:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: inilah.com

PDIP saat ini tampak berada di persimpangan jalan dalam menentukan sikap terhadap pemerintahan Prabowo Subianto, presiden baru Indonesia yang dilantik bersama Gibran Rakabuming Raka sebagai wakilnya. Di satu sisi, PDIP menyatakan dukungan kepada pemerintahan Prabowo di parlemen, namun di sisi lain, mereka menolak tawaran untuk bergabung di kabinet. Sikap ambivalen ini memunculkan berbagai spekulasi mengenai posisi politik PDIP yang sebenarnya, terutama di tengah dinamika internal partai dan masih kuatnya pengaruh Presiden sebelumnya, Joko Widodo.

PDIP dan Tawaran Gabung Kabinet Merah Putih: Kenapa Menolak?

Sejak awal pembentukan kabinet, Prabowo membuka peluang bagi PDIP untuk ikut berkontribusi di pemerintahan. Namun, PDIP secara tegas menolak tawaran tersebut. Banyak yang menilai ini sebagai langkah PDIP untuk menjaga jarak politik. Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menegaskan bahwa PDIP "tidak ada masalah dengan Prabowo" tampaknya adalah upaya untuk menegaskan bahwa penolakan tersebut bukan karena perbedaan pandangan ideologis atau ketidaksepahaman personal, tetapi lebih karena strategi partai.

"Kami berikan kepercayaan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. PDIP tak ada persoalan terkait Pak Prabowo," kata Hasto seusai menghadiri Rakerdasus PDIP di Mataram. Sikap ini bisa dilihat sebagai strategi politik PDIP untuk tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip partai. Namun, ambivalensi ini juga menimbulkan tanda tanya tentang konsistensi partai.

Ambiguitas dalam Dukungan dan Gugatan Terhadap Gibran

PDIP memang menyatakan bahwa mereka mendukung pemerintahan Prabowo di parlemen, namun pada saat yang sama, mereka juga melayangkan gugatan terkait pengangkatan Gibran sebagai calon wakil presiden. Keputusan Prabowo untuk memilih Gibran, putra Jokowi, sebagai wakilnya telah menimbulkan kontroversi, terutama terkait usia dan legalitas pencalonannya. 

PDIP, melalui Hasto, menekankan bahwa gugatan ini bukan untuk menyerang Prabowo atau pemerintahan, melainkan untuk menegakkan prinsip hukum dan menjaga integritas proses politik.

Namun, langkah ini bisa dilihat sebagai sinyal keraguan PDIP dalam mendukung penuh pemerintahan Prabowo-Gibran. Jika PDIP benar-benar ingin mendukung pemerintahan ini, publik bertanya-tanya mengapa partai tersebut justru aktif dalam upaya hukum yang dapat melemahkan legitimasi pasangan pemimpin baru ini.

Sikap PDIP Terhadap Jokowi dan Keluarga: Mengapa Tetap Kritis?

Yang juga menarik adalah sikap PDIP yang tampak lebih kritis terhadap mantan Presiden Jokowi dan keluarganya dibandingkan dengan sikap mereka terhadap Prabowo. Di masa pemerintahan Jokowi, PDIP berperan sebagai partai pendukung utama, namun kritik terhadap kebijakan Jokowi dari internal PDIP sering kali mencuat. Bahkan, setelah Jokowi tidak lagi menjabat, PDIP masih tampak belum sepenuhnya selesai dengan mantan presiden tersebut.

Sejumlah pengamat menilai, kritik ini mungkin dipengaruhi oleh faktor politik internal, terutama di tengah pergantian generasi kepemimpinan PDIP yang diprediksi akan berpindah dari Megawati ke Puan Maharani. PDIP seolah-olah berupaya menunjukkan bahwa partai tersebut memiliki independensi dan tidak lagi berada di bawah bayang-bayang pengaruh Jokowi, terlepas dari hubungan historis dan politik di antara mereka.

Dampak Sikap Ambivalen PDIP: Bumerang Politik?

Sikap ambivalen ini bisa berakibat fatal bagi PDIP, terutama dalam situasi politik saat ini, di mana PDIP sedang berjuang memenangkan pilkada serentak. Bukannya fokus untuk meraih kemenangan bagi calon-calon kepala daerahnya, PDIP justru menghabiskan energi dalam gugatan hukum terhadap Gibran dan melontarkan kritik kepada Jokowi. 

Rakyat tentu menilai konsistensi dan arah kebijakan partai ini. Mengingat tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi yang masih tinggi, langkah PDIP yang terus mengkritik Jokowi bisa saja menjadi bumerang yang menurunkan elektabilitas partai di mata pendukungnya.

Menurut survei terbaru, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden berkisar di angka yang cukup tinggi. Mayoritas rakyat masih menghargai capaian-capaian Jokowi selama menjabat. Dengan demikian, publik mungkin melihat sikap PDIP terhadap Jokowi sebagai tindakan yang kurang menghargai jasa-jasa mantan presiden ini, bahkan mungkin menilai sebagai langkah yang lebih mengedepankan kepentingan politik ketimbang kepentingan rakyat.

Rekomendasi Sikap PDIP: Konsistensi dan Fokus

Untuk menghindari bumerang politik, PDIP perlu menunjukkan sikap yang konsisten dan fokus pada tujuan jangka panjang. Ada beberapa langkah yang dapat diambil:

Menentukan Sikap yang Jelas Terhadap Prabowo-Gibran: PDIP perlu segera mempertegas apakah mereka mendukung penuh pemerintahan baru ini atau tetap kritis. Jika mendukung, gugatan terhadap Gibran mungkin perlu ditinjau ulang, atau setidaknya dijelaskan dengan lebih transparan agar tidak menimbulkan kesan ambigu.

Menghentikan Kritik Terhadap Jokowi: Sikap terus-menerus mengkritik Jokowi dan keluarganya bisa dianggap tidak menghormati mantan presiden. PDIP sebaiknya fokus pada agenda partai dan menciptakan strategi yang lebih konstruktif dalam mendukung pemerintah yang baru.

Mempersiapkan Kandidat Unggulan di Pilkada: Di tengah ambiguitas ini, PDIP bisa fokus pada memenangkan calon-calon kepala daerah yang didukungnya dalam pilkada serentak. Mengalihkan perhatian ke pilkada akan membantu PDIP menjaga basis pemilihnya di daerah, yang tentu penting untuk memastikan kemenangan pada pemilu berikutnya.

Memastikan Konsistensi dan Transparansi Sikap: Publik menghargai sikap partai yang konsisten dan transparan. PDIP perlu memastikan bahwa sikap politik yang diambil bisa dipahami oleh konstituennya. Dengan demikian, partai ini dapat menjaga dukungan dari pemilihnya dan meminimalkan kerugian politik.

Sikap PDIP terhadap pemerintahan Prabowo menunjukkan kompleksitas politik dalam menjaga keseimbangan antara dukungan dan oposisi. Dalam politik, ketidakjelasan sikap bisa merugikan partai itu sendiri, apalagi jika sikap tersebut tampak inkonsisten. Sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia, PDIP harus menunjukkan bahwa mereka mampu mengambil posisi politik yang jelas dan tegas, sehingga rakyat tidak bingung dengan arah yang mereka ambil.***MG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun