Namun sebenarnya strategi ini bukan tanpa resiko. Alih - alih mau memperkuat soliditas internal pendukung, bisa justru terjadi sebaliknya. .Â
Sah - sah saja mempunyai strategi untuk tetap menjaga optimisme para pendukung, namun jika hal itu dilakukan secara berlebihan, tidak berdasarkan realitas yang ada, akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.Â
Para pendukung fanatiknya yang telah diyakinkan bahwa mereka pasti menang, pasti akan sangat kecewa jika ternyata kalah.Â
Pendukung fanatik yang kecewa, apalagi dengan terus dipanasi lewat tuduhan kecurangan yang selalu dilancarkan, hal ini bisa menjadi bom waktu atau provokasi yang mengancam persatuan dan kedamaian Pemilu.
Di pihak lain, menafikan hasil prediksi lembaga survei independen yang secara obyektif bisa dipertanggungjawabkan, bisa menjadi tanda bahwa kubu ini menolak realita dan akal sehat. Pada batas tertentu sikap ini bisa menyebabkan mereka seolah menipu diri sendiri.
Dalam hal ini Partai Demokrat lebih realistis dengan mengingatkan, tidak etis berbagi kursi sebelum menang, karena seperti berbagi pampasan perang sebelum pasti perang sudah dimenangkan.Â
Kita tunggu saja apakah strategi ini berhasil mendongkrak elektabilitas Prabowo atau justru sebaliknya yang terjadi.***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI