Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ambisi yang Tak Berujung

6 Februari 2025   14:49 Diperbarui: 6 Februari 2025   14:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ambisi yang Tak Berujung

Ketika Dunia Menjadi Tujuan Utama

Dunia ini ibarat bayangan, jika kau berusaha mengejarnya, ia akan menjauh. Namun jika kau membelakangi dan berjalan menuju tujuan sejati, ia akan mengikutimu

Di era modern yang penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan, manusia berlomba-lomba mengejar kesuksesan. Dari pagi hingga malam, waktu dihabiskan untuk bekerja, mengumpulkan kekayaan, dan memenuhi berbagai ambisi pribadi. Masyarakat seakan terjebak dalam pusaran kehidupan yang tak ada habisnya, mengejar sesuatu yang tampak berharga, namun pada akhirnya bersifat sementara.

Kita sering melihat bagaimana orang-orang rela mengorbankan kesehatan, waktu bersama keluarga, bahkan nilai-nilai moral demi mencapai kesuksesan duniawi. Tidak jarang, dalam upaya tersebut, mereka melupakan hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Mereka terus berlari mengejar impian, tanpa menyadari bahwa waktu mereka di dunia ini terbatas.

Kemajuan teknologi semakin mempercepat ritme kehidupan. Media sosial dipenuhi dengan pencapaian orang lain, memicu perasaan iri dan ambisi yang lebih besar. Setiap orang berlomba-lomba menampilkan kehidupan sempurna, tanpa menyadari bahwa di balik layar, ada harga mahal yang harus dibayar.

Namun, apakah kita benar-benar tahu apa yang kita kejar? Apakah semua pencapaian itu benar-benar membawa kebahagiaan sejati, atau justru membuat kita semakin terjebak dalam ilusi? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi refleksi mendalam bagi kita semua, yang hidup di tengah masyarakat yang semakin materialistis.

Kisah klasik tentang seorang lelaki yang mengejar rusa di dalam hutan, namun justru dimangsa oleh singa, adalah cerminan nyata dari kehidupan manusia. Mari kita telaah lebih dalam makna dari kisah ini dalam konteks kehidupan masa kini.

Di sebuah kota besar, ada seorang pria bernama Arman. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses. Ia bekerja keras, siang dan malam, untuk membangun bisnisnya. Baginya, kekayaan dan status sosial adalah tujuan utama. Setiap hari, ia mengejar proyek baru, klien baru, dan keuntungan yang lebih besar.

Namun, di balik kesuksesannya, Arman semakin kehilangan banyak hal berharga. Ia jarang bertemu keluarganya, melewatkan momen berharga bersama anak-anaknya, dan kesehatannya mulai memburuk akibat tekanan pekerjaan. Ia tak menyadari bahwa dalam setiap langkahnya, ada sesuatu yang terus mengintainya: waktu yang semakin berkurang.

Suatu hari, Arman mengalami serangan jantung di tengah rapat penting. Ia dilarikan ke rumah sakit dan harus menjalani perawatan intensif. Di saat itu, ia baru menyadari bahwa semua yang ia kejar tidak ada artinya jika akhirnya ia kehilangan kesehatan dan kebahagiaan sejati. Ia melihat banyak rekan bisnisnya yang juga jatuh sakit atau meninggal karena stres dan ambisi yang berlebihan.

Arman adalah representasi dari banyak orang di dunia modern ini. Mereka terlalu sibuk mengejar "rusa" simbol dari dunia dan ambisi tanpa menyadari bahwa "singa" simbol dari kematian selalu mengintai di belakang. Banyak orang yang akhirnya kehilangan segalanya sebelum mereka benar-benar menikmati hasil jerih payah mereka.

Kisah ini mengajarkan bahwa dunia memang perlu dikejar, tetapi bukan sebagai tujuan utama. Kehidupan yang seimbang, antara dunia dan akhirat, antara kerja dan keluarga, antara ambisi dan kebahagiaan sejati, adalah kunci untuk hidup yang lebih bermakna.

Alkisah, 

Ada seorang lelaki bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seseorang berlari di dalam hutan, mengejar seekor rusa yang berlari semakin cepat. Namun, tanpa disadari, di belakangnya ada seekor singa besar yang sedang mengincarnya. Ketika lelaki itu hampir menangkap rusa buruannya, tiba-tiba singa tersebut menerkam dan membunuhnya.


Rusa itu berhenti dan memandang sekeliling, seakan menantang siapa lagi yang akan mengejarnya. Lalu, datang orang lain yang juga mengejarnya, dan mengalami nasib yang sama---dimangsa singa sebelum berhasil menangkap rusa. Demikian terus berulang hingga seratus orang mengalami hal serupa.


Sang pemimpi merasa heran dengan pemandangan itu. Namun, tiba-tiba singa tersebut berbicara, "Apa yang membuatmu heran?"


"Aku tidak mengerti makna dari semua ini," jawabnya.


Singa itu pun menjelaskan, "Aku adalah kematian, rusa itu adalah dunia, dan para korban itu adalah orang-orang yang terus mengejar dunia tanpa menyadari bahwa aku selalu mengintai mereka."


Ketika manusia sibuk mengejar kekayaan, jabatan, dan kesenangan duniawi, mereka lupa bahwa hidup memiliki batas. Ketika ajal menjemput, semua yang mereka kumpulkan akan ditinggalkan. Yang tersisa hanyalah amal dan bagaimana mereka telah menjalani hidup ini.

Kisah ini adalah refleksi nyata bagi kita semua. Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, kita seringkali lupa bahwa ada sesuatu yang lebih berharga daripada sekadar mengejar dunia. Tidak salah untuk berambisi, tetapi penting untuk menyadari batas dan keseimbangan dalam hidup.

Kita perlu mengingat bahwa kesehatan, keluarga, dan nilai-nilai spiritual jauh lebih berharga daripada sekadar harta dan status. Sebab, pada akhirnya, semua yang kita kumpulkan akan ditinggalkan, dan hanya amal kebaikan yang akan menjadi bekal kita di kehidupan selanjutnya.

Mari kita belajar dari kisah ini. Kejar dunia dengan bijak, namun jangan sampai kita melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya. Karena jika kita terlalu terobsesi pada sesuatu yang fana, bisa jadi kita akan kehilangan segalanya sebelum kita benar-benar menyadarinya.

Kesimpulan

  • Dunia ini memang perlu diperjuangkan, tetapi bukan sebagai satu-satunya tujuan hidup.
  • Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah kunci kebahagiaan sejati. 
  • Jangan sampai kita mengorbankan hal-hal yang lebih penting, seperti kesehatan, keluarga, dan nilai moral, demi mengejar sesuatu yang sementara.
  • Kematian adalah kepastian yang selalu mengintai. Maka, persiapkanlah diri dengan amal kebaikan.
  • Jangan terjebak dalam ilusi kesuksesan semu. Kebahagiaan sejati bukan hanya tentang memiliki banyak hal, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalaninya dengan makna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun