Mohon tunggu...
Albertus Romario
Albertus Romario Mohon Tunggu... Seniman - PENULIS

Deo Gratias

Selanjutnya

Tutup

Diary

Air Mata Kehilangan

24 Oktober 2021   18:18 Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:27 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menangislah jika memang engkau ingin menangis. Tetapi berjanjilah pada dirimu sendiri bahwa suatu saat nanti engkau tidak akan menangis kembali karena alasan yang sama. 

Pengalamanmu adalah lembaran-lembaran kehidupan yang telah mengingatkanmu untuk terus belajar dan yang paling penting belajar untuk tidak jatuh dalam pengalaman luka yang sama. 

Hanya dirimu sendirilah yang paling mengerti dan memahami apa yang paling penting dan perlu untuk mengubah air matamu menjadi mata air sukacita.

Tangisanmu saat ini dan deraian air mata batinmu bukanlah akhir dari semua kisahmu. Percayalah, masih ada hari esok yang lebih cerah dan rembulan malam yang tetap bersinar syahdu. 

Setiap tetesan air matamu selalu mengabadikan semua jeritaan keluhan dan ratapan jiwa terdalammu. Tetapi, semuanya akan segera berlalu, sebagaimana angin badai pasti akan bertiup berlalu. Hingga, tumbuhlah tunas-tunas harapan barumu.

Meski tapak-tapakmu saat ini tertatih-tatih karena beratnya beban luka, sakitnya kehilangan. Tetapi kelak, langkahmu bakal gontai dan berayun ringan karena cinta telah mengajarkanmu tentang semua kepedihan dan kesedihannya.

Sebab, ketika engkau belum mengerti apa-apa tentang memiliki dan dimiliki, kepergian orang yang sangat engkau sayangi dari kehidupanmu bukanlah sebuah mimpi buruk. Engkau harus tahu, bahwa ada yang datang pun juga ada yang pergi; muncul dan menghilang. Itulah misteri hidup.

Janganlah engkau berlarut-larut dalam harapan juga tidak menyebut kehilangan atas kepergian seorang yang padanya hatimu berpaut.

Sebab, engkau pasti akan tahu dalamnya luka yang lahir darinya. Kendatipun kehilangan itu datang, semoga kenangan tentangnya bisa pergi bersama langkah kakinya. Ketirnya kehilangan ternyata bukan karena rasa cintamu kepadanya yang berkurang. 

Ia hadir tatkala engkau bahkan benar-benar sedang pun sangat mencintainya. Kelamnya kehilangan bakal terjadi saat engkau dan dia sedang berjuang membangun mimpi, dan seketika mimpi-mimpi indah itu diruntuhkan oleh sebuah kepergian yang tak pernah diundang.

Pada saatnya, suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, kehilangan tetap akan terjadi. Mungkin siapapun tidak mengharapkannya, tetapi Tuhan menghendakiNya. Engkau mungkin juga mencoba menghalanginya, tetapi Tuhan tetap menariknya. Tuhan bergerak dengan caranya sendiri yang kadangkala tidak dapat engkau terima.

Barangkali engkau berjuang untuk menerima pengalaman kehilangan dalam langkah yang berat. Waktulah yang akan membawamu pada sebuah ucapan syukur atas sebuah kehilangan. Kalau memang Tuhan pernah memberimu yang paling terbaik. 

Tuhan mempunyai hak dan alasan yang kuat untuk mengambil kembali yang terbaik itu dari genggaman dan rangkulanmu. Saat ini mungkin terlihat tidak adil bagimu, tetapi percayalah suatu saat nanti akan menjadi yang paling terindah dalam buku hidupmu.

Bila saat tiba, waktu akan mengarakmu pada senja di pantai yang terbilang jauh, di sana engkau akan ditemani sepucuk surat cinta yang dituliskan pada sepanjang pesisir pantai.

Jika senja keburu dijemput gelap, di sampingmu akan bertutur kisah beberapa lembaran awal; agar kau tahu mengapa jalan hidup rela melewati berbagai tantangan menuju sebuah bukit dimana akan belajar tentang sebuah perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun