Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Spiritualitas Kearifan Lokal, Penjaga Rumpun Bambu di Flores

5 Oktober 2025   23:49 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:39 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas dasar inilah, kita dapat berkesimpulan bahwa kearifan lokal telah memainkan peran yang cukup penting dalam upaya pelestarian bambu, teristimewa di tengah isu perubahan iklim saat ini.

Masyarakat Flores telah memberi Pelajaran kecil di tengah krisis iklim dan deforestasi yang parah, bahwa pelestarian alam tidak melulu menunggu proyek besar. Ia bisa lahir dari kesederhanaan yang diwariskan lintas generasi.

Bagi mereka, melestarikan bambu adalah adalah suatu aksi sakral untuk memelihara bumi sebagai "Ibu", dan memelihara bumi sebagai "Ibu" berarti merawat kehidupan.

***

Ketukan pada sebuah bambu yang pecah telah mengawali tabuhan meriah musik tradisional gong waning. Gelas kecil dari bambu berisi moke masih di tangan, belum menyentuh bibir. Saya terpaku, tak ingin ketinggalan menyaksikan salah satu tarian paling indah dari Maumere: Tua Reta Lou.

Penari laki-laki itu menari dengan lincah, ketika bambu mulai ditegakan di di tengah para penari yang membentuk lingkaran kecil. Bahunya naik turun dengan lentur, sembari mengamati bambu yang menjulang. Tingginya kurang lebih 4 meter. Musik gong waning ditabuh makin keras. Darah para penonton seperti mendidih, ikut menggoyangkan badan.

Semua mendadak bersorak begitu penari laki-laki tadi menaiki bambu tersebut, dengan tangan dan kaki kosong, tanpa bantuan apa-apa. Tidak ditolong siapa-siapa.

Di puncak, ia 'memasang' perutnya di ujung bambu, lalu menari dengan begitu enerjik. Penari yang mengelilinginya lalu memutar-mutar bambu. Ia tak goyah sedikitpun. Semua penonton berteriak histeris. Dan saya merinding! Sungguh suatu perayaan kebudayaan bernilai luhur yang tak tertandingi!

Dari sini, saya menyadari bahwa bambu telah disentuh aspek kultural-spiritual, dan masih terawat hingga hari ini. Ia tidak lagi semata-semata menjadi simbol dan atribut dalam kehidupan sehari-hari, tetapi ia juga bernilai, berfilosofi, dan bernyawa.

Bambu tidak saja menceritakan keseimbangan antara alam dan manusia pada masa lalu saja, tetapi juga memikul harapan kecil akan lingkungan yang ramah, ekonomi yang adil, dan budaya yang lestari.

Oh iya, apakah kalian masih ingat moke di tangan saya tadi? Yah, ada beberapa batang bambu yang digunakan di kuwu supaya segelas moke ini bisa berada di tangan saya, tiba di lambung saya, dan menghangatkan tubuh saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun