Kau duduk merekam kabut kota
Sehabis hujan membasahi tubuh hari
Kau kemas sepi dengan menghadirkan puisi
Dari desir desau suara bibir menuai bahasa hati
Kau sulut sebatang rokok di tanganmu
Tak peduli seberapa ramainya asap berkeliaran
Mencipta arakan kata yang membumbung dalam imaji
Kau hanya memetik inspirasi saat kau pejamkan mata
Betapa menyakitkan ketika menjadi diri
Adalah keharusan dari apa yang kau miliki
Kau pernah berkata bahwa segalanya sangat indah
Namun kau tak dapat memiliki meski sekedar mengagumi
Di ujung bangku kau kemas puisi ini
Menikmati malam dengan lirik musik klasik
Tentang perjuangan yang tak pernah berhenti
Dari sajak ini kau abadi meski patah berkali-kali
Lampu penghias ruangan itu hanyalah saksi
Ketika pergulatan isi hati hanyalah ilusi
Sedangkan engkau masih ingin mencari-cari
Kasih bagi setiap hati untuk menuai puisi
Selebihnya malam-malam serupa doa
Yang menitipkan hari esok agar berseri
Sebelum kembali bergegas pulang pada rindu
Ujung bangku menjadi cerita saat kepulanganmu
Maria Wona