Aku kehabisan ide untuk menulis! Ini parah! Aku biasanya habiskan waktu senggang untuk menulis, biasanya puisi. Tetapi, hari ini aku kehilangan kata untuk mulai menulis. Aku memutuskan menyeduh kopi, siapa tahu menemukan inspirasi. Menulis puisi tentang cinta kepada istri? Ah, itu sudah. Ratusan puisi kutulis selam hidup dengannya. Jadi, untuknya juga kehabisan diksi!
  Aroma kopi menyerbak. Aku menyalakan sebatang surya. Kata orang nikmat, ya, betul. Ngopi dengan rokok, nikmatnya persis malam pertama.
   Aku mulai berimajinasi, barangkali ada secuil inspirasi yang luput selama ini. Pikiranku mulai kembali ke masa lalu. Aku tersenyum, sepertinya ada yang layak kutulis. Ya, aku menemukannya berkat kopi dan sebatang rokok.
   Senyummu membekas
   sekalipun sejarah tidak menulis
   tentang aku dan kamu
   yang terlepas!
   Membohongi perasaan adalah bentuk menyakiti diri
   Aku tak mau berbohong
   Aku berkata jujur: Aku merindukanmu sampai kini!
   Datanglah, aku menanti
   Aku tersenyum. Syair sederhana selesai kutulis. Aku menghela nafas, melanjutkan meminum kopi. Kopi memberiku inspirasi. Aku menyerubut sampai selesai.
   "Puisi yang luar biasa pastinya," kata istriku yang tiba-tiba mengambil dan membacanya.
   Aku tersenyum padanya. Ia mendalami maknanya. Ekspresinya berubah. Wajahnya memerah.
   "Inspirasinya apa ini?" tanyanya.
   Aku terdiam. Tidak mungkin aku menjelaskan. Sebagai guru Bahasa Indonesia, tentu ia memahami makna diksi itu. Ia merobeknya,"Pergi!" katanya.
   Aku tak mungkin menjelaskan, sebelum emosinya mereda.
31 Oktober 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI