Mohon tunggu...
Mariano Henryan Nembos
Mariano Henryan Nembos Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mariano Henryan Nembos adalah seorang mahasiswa semester pertama prodi filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berpastoral Lewat Media Sosial, Bisa Juga Lho!

2 Desember 2021   08:09 Diperbarui: 2 Desember 2021   08:16 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan 

Manusia tak pernah membayangkan sebelumnya akan terjadi wabah yang berdampak pada setiap aspek kehidupan. Yang mana, bahkan "memaksa" segala interaksi sosial harus dilakukan secara virtual.

Pandemi Covid-19 ini sungguh-sungguh telah memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru yang melampaui apa yang umumnya dilakukan. Banyak hal yang dahulu dilakukan, saat ini sudah tidak dapat lagi dilakukan. Setiap orang dihadapkan pada tawaran memasuki kehidupan baru dimana mau tidak mau didorong untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang mungkin saja akan menjadi norma baru di masa mendatang.

 Bekerja, belajar, pun merayakan perayaan-perayaan keagamaan tidak dapat dilaksanakan di tempat yang semestinya, melainkan harus dilakukan di rumah atau dari rumah. Para jemaat Paroki St. Paulus Singaraja, misalnya, turut tertimpa dampak dari wabah ini. Beragam kegiatan peribadatan dilakukan secara virtual dengan menggunakan sarana teknologi komunikasi digital dengan pelbagai tawaran aplikasi penggunaannya. Hal-hal baru lainnya juga dilakukan dalam semangat dan kesadaran yang penuh demi keselamatan diri dan keselamatan hidup bersama di masyarakat dan komunitas terbatas.

Orang mulai terbiasa mencuci tangan pada saat akan memasuki sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, dan tempat-tempat umum lainnya. Tempat-tempat umum sebagian besar telah menyediakan perlengkapan sesuai protokol kesehatan seperti thermogun dan juga hand sanitizer. Pembatasan jarak diberlakukan saat berinteraksi dengan sesama. Penggunaan masker menjadi hal yang wajib dilakukan apabila akan ke luar rumah. Virus ini di sisi lain, telah mendorong orang untuk lebih peduli dengan kebersihan serta memaksanya untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penyebarannya yang semakin luas. Hal ini menunjukkan bahwa virus covid-19 telah mengubah cara hidup, mengubah cara beribadah dan cara merayakan perayaan keagamaan umat. Covid-19 telah mengubah metode, cara dan pendekatan pembelajaran di kampus. Pertanyannya, sampai kapan situasi ini akan berakhir? Sebuah ungkapan spontan dari hati yang menjerit kepada Tuhan. Pada akhirnya, memang, hanya kepada Dia dan dari Dia pula umat menemukan jawabannya. Sebuah jawaban iman (Hartono 2006).

 Namun sambil menunggu jawaban pasti umat tentunya tidak akan tidak berbuat apaapa atau menunggu vaksin telah disuntikan untuk dapat beraktivitas kembali. William Arthurd mengatakan: "Orang yang pesimistis komplain tentang angin, seorang yang optimis berharap angin akan berubah, seorang realistis menyesuaikan layar." Umat tentu menginginkan vaksin yang kini sudah mulai didistribusikan segera disuntikan agar dapat hidup normal lagi walaupun tidak akan sama dengan hidup sebelum virus corona ini muncul. Kembali ke konteks peneguhan di atas, selama vaksin belum diterima, peneguhan William diatas kiranya menghibur bahwa, umat hendaknya selalu dapat menyesuaikan layar kehidupannya untuk mencapai tujuan (Donnely 2006).

Dengan deskripsi keadaan di atas, penulis ingin mengemukakan sebuah fenomen yang sudah terjadi bahwa umat beriman dapat tetap merayakan perayaan keagamaannya di tengah suasana pandemi covid-19 yang masih menantang dan mengancam dengan cara menggunakan fasilitas teknologi komunikasi digital. Penulis membenarkan efektivitas penggunaaan teknologi komunikasi digital sangat cocok untuk situasi di tengah pandemi yang masih berkecamuk. Komunikasi secara online melalui live streaming misalnya, bisa membawa pengaruh kuat bagi efektivitas dan efisiensi tujuan pewartaan dan pelayanan yang disesuaikan dengan cara baru berpastoral.

Tujuan tulisan ini ialah untuk menemukan gambaran tepat perihal penggunaan teknologi komunikasi digital. Rumusan masalahnya dapat dinyatakan sebagai berikut: "Apakah kemajuan teknologi komunikasi dengan pelbagai variasi aplikasinya bisa dimanfaatkan bagi pelayanan dan pewartaan iman umat?"; "Bagaimana teknologi komunikasi digital bisa dimanfaatkan sebagai sarana yang membantu karya pelayanan pastoral Gerejani di tengah pandemi covid-19?"

Situasi Umat Katolik di Tengah Pandemi Covid-19 

Dewasa ini, dengan mempertimbangkan konteks persoalan di era Covid-19 saat ini, umat Katolik bukan hanya membutukan aspek rohani yang dilayani, tetapi jemaat juga membutuhkan aspek jasmaninya terpenuhi. Situasi pandemi saat ini telah membuat ekonomi jemaat menurun. Ekonomi yang menurun tidak hanya berdampak pada kebutuhan jasmani yang tentu meningkat, melainkan juga kebutuhan psikologis (konseling) pun meningkat.

Susanto mengungkapkan bahwa pelayanan sebagai tindakan nyata yang tidak hanya dengan konsep balas dan upah, tetapi pelayanan juga dilakukan karena wujud kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Santosa 2013). Gereja perlu melakukan pelayanan yang diwujudnyatakan. Jemaat yang bekerja di perusahaan, terpaksa diberhentikan karena perusahaan sulit membiayai karyawannya. Jemaat membutuhkan jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Di sinilah gereja perlu melihat peluang di tengah tantangan-tantangan yang ada. Dalam bagian ini, penulis memberikan dua hal yang berkaitan dengan pelayanan sosial yang gereja dapat lakukan untuk meningkatkan ekonomi jemaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun