Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Matinya Indosat

27 November 2014   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indosat sudah mati, menyusul Nokia. Setidaknya untuk saya. Nomor Mentari saya, yang tentu saja keluaran Indosat, mati tidak jelas kapan karena handphone Nokia saya mati. Meskipun kesannya handphone ini mati menyusul matinya brand asal Finlandia tersebut dari dunia per-ponsel-an, sebenarnya tidak ada hubungan bermakna antara matinya handphone dengan matinya merek tersebut. Matinya sederhana saja, handphone saya tidak mau lagi di-charge. Karenanya nomor Mentari saya yang ada di dalamnya, yang sudah saya gunakan sejak tahun 2003 tidak dapat diaktifkan. Terakhir saya gunakan untuk sms di akhir bulan Agustus 2014 ini. Sudah beberapa kali saya berencana untuk membeli handphone baru berbasis android untuk tempat nomor tua itu, tapi memang pemalas, ada saja alasan saya untuk menunda kepergian saya ke pusat handphone di kota ini.

Dua hari yang lalu entah ada keajaiban apa, Nokia saya tiba-tiba dapat di-charge. Saya menyalakan handphone dengan berdebar-debar, berharap simcard di dalamnya masih dapat digunakan. Berulangkali tertulis di layar: “simcard registration failed..” atau apalah intinya seperti itu. Segera saya keluarkan simcard lan keluaran telkomsel ke dalam Nokia setengah hidup tersebut, berharap handphone-nya yang rusak. Lemas rasanya melihat tulisan “Telkomsel” langsung muncul  di bagian tengah layar. Tak pelak lagi, saya rasa Indosat saya sudah lama pergi meninggalkan saya. Yang pertama muncul dalam benak saya adalah wajah ibu saya yang berulangkali mengatakan untuk mengganti handphone agar nomor Mentari itu tidak mati. Ya, dulu untuk mendapatkan nomor  08164217008 itu tidak murah, berbeda dengan nomor-nomor sekarang yang harganya jualnya lebih sedikit dari tawaran pulsa di dalamnya. Dulu kalau tidak salah nomor saja dihargai 200 ribu.

Yah, masalahnya bukan 200 ribunya, tapi nilai “rasa” dari memiliki nomor itu. Bayangkan, saya sudah memiliki nomor itu selama 11 tahun dan hilang begitu saja?

Karena tidak rela nomor itu lenyap dan tiba-tiba menjadi nomor orang lain, dengan semangat 45  saya pergi ke galeri indosat siang hari ini. Dapat antrean nomor 127 dan menunggu dengan tegang. Saya berjanji pada diri sendiri akan segera mengganti handphone jika nomor yang selama ini sudah menjadi sahabat saya dapat diselamatkan.  Tapi alangkah kecewanya saya ketika costumer service indosat yang bertugas di loket nomor 11 tadi mengatakan bahwa apa yang saya inginkan mustahil. “Maaf mbak, kami ga bisa. Nomor itu sudah dikarantina oleh Indosat dan entah kapan akan dikeluarkan lagi. Kalaupun dikeluarkan kami tidak tahu dia akan didistribusikan kemana.”

Dalam hati saya ingin menjawab “Jelas bukan di sini, itu nomor kota Bandung 11 tahun yang lalu.” Tapi saya berusaha siapa tahu masih dapat menyelamatkan nomor itu “Gapapa mbak, keluarnya kapan juga gapapa. Saya tungguin.”

Dia masih menggelengkan kepala. Bahkan menolak memberitahukan saya kapan kartu saya itu mati. Karena seingat saya masa tenggang kartu saya itu masih sangat-sangat lama.  Tiap kali membeli pulsa bertambahlah masa tenggang itu. Tapi ya itu hanya ingatan saya, dan itu adalah ingatan dari seorang yang sedang kecewa.

“Ga bisa mbak. Kami ga bisa bantu kalau sudah melewati masa tenggang.”

Yaelah.. mbaknya ini aneh bener. Kalau masih dalam masa tenggang ya saya ga usah datang ke galeri dan antre berlama-lama hanya untuk menghidupkan nomor itu. Saya tinggal pergi ke ATM dan mengisi pulsa bukan? Tapi sekali lagi ini adalah tanggapan dari orang yang kecewa. Yah, kalau diingat-ingat, seandainya laptop ini sudah ada di tangan saat saya ada di depan mbaknya tadi, mungkin keluhan yang saya tuliskan di sini akan jauh lebih hebat lagi.

“Maaf ya mbak.” Kata mbaknya lagi, kata-kata yang sama sekali tidak membantu.

“Saya kecewa. Saya sungguh kecewa.” Dan saya pun pergi meninggalkan galeri indosat tersebut.

Indosat mati untuk saya mulai saat ini. Mati menyusul Nokia. Untung mbak-nya ga menawarkan nomor baru dengan program-programnya, karena yang saya inginkan hanyalah nomor saya yang 08164217008 itu kembali. Tapi dia tidak kembali, dan bagi saya indosat sudah mati menyusul nokia.

Menyedihkan.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun