Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Menggunakan F100

19 Desember 2017   11:43 Diperbarui: 8 Januari 2018   13:04 3058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman memberikan F100 pada anak saya yang masih bayi. Sengaja nggak dikasih gambar karena nggak sempat foto-foto botol susunya.

Sekitar sebulan lalu saya membawa si bayi yang sudah berusia 9 bulan ke RS untuk vaksinasi campak. Tapi ternyata saya salah jadwal. Vaksin campaknya hanya dibuka sebulan sekali "Kamis minggu pertama Bu," demikian kata perawat yang menerima kami. Baiklah, kunjungan sebulan lalu timbang dan ukur panjang badan saja pakai alat yang canggih (timbangan digital, kalau yang di rumah kan timbangan jarum). Berat 10,1 kg dan panjang badan 74,5 cm. Lumayan untuk bayi berusia 9 bulan.

Minggu lalu kami datang kembali untuk vaksin campak. Kali ini pada jadwal yang benar. Seperti kunjungan sebelumnya, si bayi yang sudah hampir 10 bulan ini ditimbang dan diukur panjangnya.

"Turun Bu," kata perawat saat melihat berat si bayi hanya 9,8. Turun 3 ons dari kunjungan sebelumnya. Si bayi memang sedang tidak mau makan karena giginya sedang tumbuh.

Meskipun bayi saya terlihat gemuk, berat per umur dan berat per panjang masih normal, dia mengalami masalah. Aksi tutup mulutnya menyebabkan beratnya turun. Kalau bahasa KMS-nya sih T3. Di sini pentingnya mem-plot-kan berat badan di kurva pertumbuhan, bukan hanya mencatat nilainya. Berat badan yang naik tidak sesuai kurva (T1) saja sudah menjadi masalah, apalagi yang jelas-jelas turun (T3) seperti bayi saya.

Saya dan suami berunding apa yang harus dilakukan. Setelah mencoba macam-macam variasi bubur dan nasi tim yang semua ditolak si bayi, akhirnya saya mendapat ide.

"Kita beri F100 saja."

"Ah, itu kan buat pasien gizi buruk."

"Itu buat pasien malnutrisi. Tapi anak kita sudah T3. Mau ditunggu apa?"

Akhirnya suami menyetujui ide yang saya kemukakan. Pemberian F100 pada bayi kami yang masih menolak makan, dengan syarat: tiap hari dicoba makan, begitu mau makan stop saja F100-nya. Rupanya beliau takut sama minyak yang ada dalam F100 meskipun saya mengatakan minyak aman untuk bayi dan anak di bawah 2 tahun.

Ketika memberikan F100 "versi saya" (4 sendok takar susu formula, 120 ml air, 1/2 sendok makan gula pasir, 1/2 sendok makan minyak goreng, tidak diberi mineral mix karena belum sempat beli dan takut rasanya berubah) saya sempat khawatir si bayi tidak suka. Apalagi ketika kemudian pak suami meminta ditambahi kuning telur matang "biar proteinnya nambah". Tapi ternyata si bayi suka meminumnya. Bahkan bisa sehari 3 kali minum F100 "versi saya" itu. Syukurlah, sebab dia masih belum mau makan. Fesesnya (kotorannya) pun tidak mengalami perubahan. Tetap seperti feses jika dia minum susu formula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun