Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Pediatrician

Ibu rumah tangga dan dokter spesialis anak. https://healthykiddo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Masa Lalu di Candi Prambanan

16 Juni 2016   15:18 Diperbarui: 17 Juni 2016   00:02 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 13. Mata uang dari masa lalu. Uang emas terletak paling kiri. Bandingkan ukurannya dengan mata uang Cina di sebelah kanan (foto: doc. Pribadi)

Gambar 6. Salah satu ukiran di bagian dasar candi. (foto: doc. Pribadi)
Gambar 6. Salah satu ukiran di bagian dasar candi. (foto: doc. Pribadi)
Gambar 7. Ukiran lain di dasar candi yang memperlihatkan pohon Kalpataru dan Kinari-Kinara, makhluk serupa burung berkepala manusia. (foto: doc. Pribadi)
Gambar 7. Ukiran lain di dasar candi yang memperlihatkan pohon Kalpataru dan Kinari-Kinara, makhluk serupa burung berkepala manusia. (foto: doc. Pribadi)
Konon, ukiran itu digambar oleh pendeta lalu diukir oleh seniman, sedangkan candinya sendiri dibangun oleh pekerja. Selain kecantikan detil tiap ukiran, kemegahan candi sendiri menjadi pemandangan yang menakjubkan. Terdapat 3 candi utama di komplek Prambanan yaitu candi Brahmana, candi Shiva (terbesar) dan candi Wisnu. Masing-masing dengan candi kecil di depannya yang dinamakan sesuai dengan hewan tunggangan masing-masing dewa. Candi Shiva adalah yang paling besar karena Shiva merupakan dewa terbesar bagi agama Hindu yang dulu berkembang di pulau Jawa.

Gambar 8. Kemegahan candi Shiva, yang terbesar dari ketiga candi besar di komplek Prambanan (foto: doc. Pribadi)
Gambar 8. Kemegahan candi Shiva, yang terbesar dari ketiga candi besar di komplek Prambanan (foto: doc. Pribadi)
Gambar 9. Pemandangan dari lantai 2 candi Shiva ke candi Brahmana
Gambar 9. Pemandangan dari lantai 2 candi Shiva ke candi Brahmana
Setelah capek naik turun dan mengelilingi ketiga candi besar dan tiga candi pendampingnya, saya menyangka perjalanan hari ini telah selesai. Ternyata saya salah. Masih ada 3 candi Budha yang dapat dikunjungi di komplek ini, letaknya ke arah utara dari candi Prambanan. Ketiganya adalah candi Lumbung, candi Bubrah, dan candi Sewu. Jika capai berjalan, kita dapat menyewa sepeda dan melintasi track khusus yang disediakan. Dapat pula naik semacam kereta kelinci yang tentunya akan sangat menghemat tenaga.

Gambar 10. Kompleks candi Lumbung (foto: doc. Pribadi)
Gambar 10. Kompleks candi Lumbung (foto: doc. Pribadi)
Gambar 11. Candi Bubrah, masih bubrah (= berantakan) (foto: doc. Pribadi)
Gambar 11. Candi Bubrah, masih bubrah (= berantakan) (foto: doc. Pribadi)
Gambar 11. Candi Bubrah, masih bubrah (= berantakan) (foto: doc. Pribadi)
Gambar 11. Candi Bubrah, masih bubrah (= berantakan) (foto: doc. Pribadi)
Maafkan ketiga gambar candi Budha tersebut yang lebih mirip siluet. Kamera handphone sederhana saya tidak mampu melawan teriknya sinar matahari. Menurut saya, berjalan-jalan ke komplek Prambanan harus menggunakan sepatu yang nyaman, pakaian yang longgar (biar tidak gerah), sunblock agar tidak terpanggang matahari, topi lebar atau payung (terserah mau yang mana, kalau saya sih pakai payung), dan banyak minuman dingin. Kalau tidak, keasyikan berkeliling akan terganggu oleh haus yang datang.

Setelah mengelilingi semua candi di komplek candi Prambanan, barulah saya menemukan apa yang (menurut saya) seharusnya saya lihat sebelum masuk ke komplek candi: museum. Kenapa museum? Karena museum ini bercerita lebih lengkap tentang sejarah dan detil dari patung-patung yang tadi saya lihat di candi. Mengapa patung betari Durga disebut juga Roro Jonggrang, dan sebagainya. Diceritakan juga bagaimana awalnya kawasan candi ini “ditemukan” orang Belanda dan dilakukan pemugaran untuk pertama kalinya. Ada gambar yang cantik tentang proses pemugaran itu. Dalam museum ini juga ada contoh mata uang dari masa lalu. Salah satunya kepingan uang emas. Jika selama ini saya mengira uang emas itu besar (seperti di cerita pak Janggut dan sebagainya), pada kenyataanya kepingan uang emas yang dipajang sangatlah kecil. Bisa jatuh jika tidak hati-hati.

Gambar 13. Mata uang dari masa lalu. Uang emas terletak paling kiri. Bandingkan ukurannya dengan mata uang Cina di sebelah kanan (foto: doc. Pribadi)
Gambar 13. Mata uang dari masa lalu. Uang emas terletak paling kiri. Bandingkan ukurannya dengan mata uang Cina di sebelah kanan (foto: doc. Pribadi)
Satu lagi yang membuat sebaiknya kita datang ke museum dulu sebelum mengelilingi candi: ada ruang audiovisual. Dengan membayar Rp 5.000,00 per orang (atau bayar 2x tiket jika Anda sendirian dan tidak ada orang lain yang berencana menonton bersama Anda) kita dapat melihat tayangan berdurasi 30 menit tentang Candi Prambanan, cerita di baliknya dan filosofi yang ada. Dengan demikian saat berkeliling candi kita bisa tahu cerita apa saja  yang tergambar dalam ukiran-ukirannya. Ada salah satu ukiran yang menurut saya kok agak “saru” (porno) tapi ternyata setelah diterangkan di ruang audiovisual ini maknanya berbeda jauh dengan penangkapan saya di bawah sinar matahari tadi.

Gambar 14. Ini cuplikan yang saya maksudkan (foto: doc. Pribadi)
Gambar 14. Ini cuplikan yang saya maksudkan (foto: doc. Pribadi)
Ruang audiovisual merupakan hal terakhir yang saya kunjungi di komplek Candi Prambanan. Sebelum akhirnya saya membeli minuman dingin karena tidak kuat lagi akan panasnya matahari Yogya (eh, Yogya atau Jawa Tengah ya? Sebab komplek ini terletak di perbatasan propinsi, sebagian ikut Yogya, sebagian di Jawa Tengah). Lain kali jika berkunjung ke Yogya, jangan lupa main-main ke Candi Prambanan. Salam.

Gambar 15. Selfie dulu, karena no picture = hoax! (foto: doc. Pribadi)
Gambar 15. Selfie dulu, karena no picture = hoax! (foto: doc. Pribadi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun