Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ke Pekalongan, Yukk......

27 Juli 2012   18:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_203078" align="aligncenter" width="647" caption="RTH di Pekalongan, bersih dari sampah, PKL dan pemulung"][/caption]

Pekalongan, kota  kecil di Jawa Tengah yang layak dikunjungi. Bukan hanya karena batiknya tetapi juga keberhasilan kota tersebut meraih penghargaan Adipura selama 3 tahun berturut-turut patut diacungi jempol. Tahun 2010, 2011  dan tahun 2012. Bahkan diprediksi  tahun 2013 kota Pekalongan bakal mengulang sukses yang sama.

Keberhasilan tersebut harus diapresiasi karena sebagai kota yang terletak dipinggir pantai maka rob atau banjir air laut senantiasa mengancam, mengakibatkan beberapa daerah tergenang selama beberapa waktu hingga air surut dengan sendirinya.

[caption id="attachment_203079" align="aligncenter" width="440" caption="usai hujan, perumahan akan tergenang air"]

13434080111904515906
13434080111904515906
[/caption] [caption id="attachment_203081" align="aligncenter" width="453" caption="mengering di musim kemarau"]
1343408220383523868
1343408220383523868
[/caption]

Harusnya bisa  ditanggulangi karena air yang menggenang  berpotensi menimbulkan berbagai ancaman bagi kesehatan masyarakat. Tapi ah........ walikota Pekalongan kan seorang dokter sehingga dia tahu dengan pasti dan bisa mendelegasikan tugas untuk membuat sumur resapan serta pembenahan drainase perkotaan.

[caption id="attachment_203083" align="aligncenter" width="434" caption="hijau, tapi air menggenang di saluran"]

1343408509798545066
1343408509798545066
[/caption]

Selain masalah genangan air tersebut,  jalan kaki di kota Pekalongan pastilah menjadi pengalaman yang menarik. Ruang Terbuka Hijau (RTH) mencapai 20 %, trotoar cukup luas, bersih dan tidak hanya pemerintah kota, warga pun tertular menanam pohon walau saluran air yang menggenang menjadi penghalang keindahan.

Setiap 100 meter disediakan tong sampah yang dibersihkan petugas setiap hari. Sehingga warga kota tak kalah sigap menyiapkan  tong sampah.  Walau seadanya  tapi mengesankan bersih. Demikian pula beberapa ruang terbuka hijau (RTH) di tengah kota yang tertata rapi.

[caption id="attachment_203085" align="aligncenter" width="393" caption="tempat sampah bekas buah-buahan pun jadilah...."]

1343408720504886549
1343408720504886549
[/caption]

Tetapi yang paling menarik adalah melihat pemandangan warga yang asyik membaca surat kabar harian di pinggir jalan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa warga membutuhkan berita dan menyukai bacaan. Dan bukankah surat kabar merupakan jendela pembuka cakrawala?

[caption id="attachment_203094" align="aligncenter" width="480" caption="membaca koran gratis di depan kantor media"]

13434113261600562389
13434113261600562389
[/caption]

Sepintas kota Pekalongan bagai “surga” yang belum rampung. Kota yang berambisi meraih Adipura Kencana (penghargaan Adipura lima kali berturut-turut) sebelumnya sudah berhasil meraih penghargaan MDGs kategori pencegahan dan pengendalian HIV/AIDs, penghargaan Upakarti, ICTpura , IOSA dan lain-lain. Kota seluas 17,55 km2 dengan penduduk 272.000 (data tahun 2003) memiliki 4 rumah sakit dan beberapa puskesmas besar. Serta tv local sendiri yaitu Batik TV, ternyata mempunyai cerita dibalik layar juga. Tapi karena off the record maka penulis hanya menampilkan ini :

[caption id="attachment_203088" align="aligncenter" width="470" caption="tiba-tiba becak ditarik ....."]

13434090371257655065
13434090371257655065
[/caption]

Pemuda ini tiba-tiba selalu mendatangi becak yang melintas rel kereta api. Semula  penulis tidak mengerti apa maksudnya, barulah sesudah melihat wajahnya yang beringas , penulis cepat-cepat menyodorkan uang lembaran seribu rupiah.

Karena tidak sempat memphotonya. Keesokan harinya penulis sengaja lewat lagi dan cepat-cepat mengabadikan karena .........takut juga. Konon pernah ada yang diancam golok karena tidak mau memberi  uang. Hanya konon lho , nggak mengalami sendiri.

Alamak ternyata ada pak Ogah versi lain .............^_^

**Maria Hardayanto**

kisah Journalism Photography lainnya silakan klik disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun