Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Eta Terangkanlah" & Sisi Lain Wajah Bangsa Indonesia

14 Agustus 2017   09:51 Diperbarui: 14 Agustus 2017   21:45 2437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Screen capture https://www.youtube.com/watch?v=74DH-tjPbw4

Terangkanlah ....terangkanlah ....jiwa yang berkabut penuh langkah

Penuh Dosa

Bila masa telah tiada

Kereta Kencana datang tiba-tiba

Perbedaan uro-uro dan lagu Opick dengan "Eta Terangkanlah" terletak pada nadanya. Ketukan nada riang sambil bernyanyi "tungtangtung....tungtangtung .....eta terangkanlah...." , mengingatkan saya pada kesenian Sunda yaitu rampak gendang yang penuh keceriaan. Membuat orang tersenyum dan ikut bergoyang, dan tanpa disadari syairnya pun makjleb masuk ke sanubari terdalam.

Siapa kreator "Eta Terangkanlah" yang menjadi booming, masih belum jelas. Budayawan Sunda, Hawe Setiawan menduga pembuatnya adalah seseorang yang berbicara bahasa Sunda. Dianalisis dari kebiasaan masyarakat Sunda yang menambahkan kata bantu untuk memperkuat kata depannya. (sumber)

"Kata 'terangkanlah' sendiri bahasa Indonesia, sesuai kata 'terangkanlah' dari Opick, kata 'eta' dari bahasa Sunda. Hampir bisa dipastikan yang membuat video itu terlahir dari penutur Sunda,"

Secara rinci Kang Hawe menjelaskan bahwa kata 'eta' secara harfiah artinya 'itu' atau kata petunjuk sesuatu. Termasuk verbal intensifiers, yaitu semacam kata bantu penguat kata kerja di depannya yang tidak ada artinya. Contohnya 'gek diuk'. 'Diuk' artinya duduk sedangkan 'gek' merupakan awalan yang tidak ada artinya.

"Contoh lainnya, kalau mau pakai kata 'berdiri' dalam bahasa Sunda disebut 'nangtung'. Sebelum ada kata 'nangtung', harus ada kata 'jung'. Jadi itu harus dihafal, itu kebiasaan di bahasa Sunda. Di penutur bahasa Sunda selalu dipakai tidak punya arti tapi punya fungsi," kata kang Hawe.

Ada pertalian budaya antara suku Jawa dan Sunda yang tidak bisa dinafikan. Misalnya Punakawan yang muncul dalam pagelaran wayang kulit dan wayang orang di kesenian Jawa merupakan sosok yang sama di kesenian Sunda. Hanya berbeda nama. Di kesenian Jawa, Punakawan bernama Semar dengan ke-3 anaknya Gareng, Petruk, Bagong sedangkan kesenian Sunda mengenal Semar, Cepot, Dawala dan Gareng.

hype.idntimes.com
hype.idntimes.com
Viralnya "Eta Terangkanlah" menjelaskan sisi lain bangsa Indonesia yang humoris dan agamis. Jauh dari berangasan yang sanggup mengambil nyawa orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun