Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

"27 Steps of May", Kabar Kerapuhan Traumatis Wujud Intropeksi Diri

21 November 2020   19:30 Diperbarui: 25 November 2020   13:51 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengurung diri. (Sumber Gambar: pixabay.com)

Berangkat dari keresahan saya melihat maraknya fenomena kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan membuat saya bertanya-tanya adakah film di Indonesia yang mengangkat kasus tersebut? Ternyata ada. Hati saya lega dan bahagia untuk segera menontonnya. Ya, saya mengakuinya bahwa mungkin saya sedikit terlambat mengetahui film ini.

Film itu berjudul 27 Steps of May (2018). Film tersebut disutradari oleh Ravi Bharwani. Sedangkan pemeran utamanya adalah Raihaanun yang mendapatkan prestasi menjadi  Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam ajang Piala FFI 2019 ( Dayana,2019).  

27 Steps of May juga menyabet piala dari berbagai ajang  bergengsi baik di tingkat nasional dan internasional, serta pemutaran film sudah menjajaki berbagai negara di penjuru dunia. 

Singkatnya, film tersebut mengatakan bahwa kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan menghancurkan kehidupan seseorang. Bagaimana tidak? Sepanjang hayat akan dihantui rasa ketakutan, kekecewaan, dan bersalah baik dari sisi korban ataupun orang di sekelilingnya. 

Dalam film tersebut tercermin dari sosok ayah May yang terpukul karena tidak bisa melindungi May. Sedangkan May sendiri mengasingkan diri. Sampai beranjak dewasa tidak mau berpergian ke luar rumah.

Masa remaja merupakan hal yang elok bukan? Tetapi hal ini tidak berlaku pada May. May menghadapi badai yang membawa dirinya lari ke ujung keterputusasaan. Tetapi, May memaksakan dirinya untuk bangkit melawan rasa sakitnya tersebut. Berbagai cara sudah ia lakukan hingga ia bisa mengatasi fase depresi itu.

Tangakapan layar sumber dari m.imdb.com
Tangakapan layar sumber dari m.imdb.com

Jujur, ketika menonton 27 Steps of May, hati saya terbawa suasana dalam film tersebut. Mencekam, menegangkan, hingga saya terhayut menangis dalam kepedihan. Salut, 27 Steps of May merupakan film yang luar biasa.

Film ini membingkai dengan jelas siklus perjalanan hidup seseorang korban pemerkosaan yang monoton, kalut yang dirundung kesepian. 

Dibalut dengan adegan hanya dominan memainkan mimik wajah, minim dialog, latar tempat minimalis, serta warna visual dalam film yang cenderung monokrom. Bagi saya, itu menambah kesan kekelaman sehingga mampu memunculkan kondisi yang hambar, sunyi, dan kosong yang sebenarnya runyam.

Ah, saya tidak bisa menahan haru ketika menonton film tersebut. Bagaimana tidak? Saya teringat ketika saya memerankan monolog lakon "Lilin '98" yang sudah pernah saya curahkan ke dalam artikel sebelumnya.

Terlebih, ketika saya teringat wujud kesakitan saya di masa lalu. Sebentar, saya harus menghela nafas dahulu sebelum melanjutkan menulis.

Ya, tidak disangka-sangka saya akan menceritakan secercah pengalaman getir saya setelah memerankan karakter "Ling Feng". Saya terlalu larut dengan perasaan cinta yang mendominasi diri saya sehingga saya kehilangan akal sehat. Iya, saya akui dahulu saya pernah menjalin hubungan pertemanan yang sudah seperti sepasang kekasih dengan sahabat saya sendiri.

Saya sempat tidak menyadari perubahan yang ada dalam dirinya. Ia memperlakukan saya sesuka hatinya. Ia sesekali pernah bersikap kasar baik nonverbal atau pun verbal kepada saya. Seperti memarahi, membentak, mencibir, hingga yang paling parah adalah memukul saya. Padahal, kita hanya sebatas sahabat. Bagaimana dengan Anda? Mungkin ini juga sering kali terjadi dalam diri Anda tanpa disadarinya?

Pada akhirnya waktu yang menjawab, saya memutuskan untuk mematahkan rantai pertemanan dengan dirinya. Itupun ketika saya mulai berproses dan berdinamika memerankan tokoh Yu Temu dalam pementasan Teater Lilin, bulan Maret tahun 2019. Yu Temu merupakan penjual jamu yang tangguh, percaya diri, dan pandai menyikapi orang-orang yang tertarik dengan kondisi dirinya.

Dokumentasi Pementasan Teater Lilin by Yesa
Dokumentasi Pementasan Teater Lilin by Yesa

Yu Temu adalah awal kebangkitan saya membuka lembaran yang baru, walaupun  saya berkaca dari sesederhana pengalaman yang saya alami, tetapi  hal tersebut membuat saya tertekan dan memengaruhi diri saya.  Sosok Yu Temu menolong saya dengan mengajarkan banyak hal  setelah saya melewati fase keterpurukan Ling Feng.

27 Steps of May dapat dijadikan refleksi sebagai wujud kepedulian kepada korban pelecehan seksual dan pemerkosaan yang tanpa kita sadari banyak kita temui, justru kita enggan untuk membuka dialog dengan mereka.

Film tersebut menggambarkan stukturasi dari hiruk pikuk hubungan sosial yang rumit. Strukturasi adalah kondisi dimana terbentuknya suatu kelas-kelas sosial ditilik dari  berbagai aspek kehidupan masyarakat (Moscow dalam Ayun, 2015, h.18).

Terlihat jelas ada strukturasi di film tersebut merujuk pada relasi kekuasaan laki-laki yang mendominasi perempuan. Dalam konteks tersebut, penggambaran perempuan yang feminim, lemah-lembut, tak berdaya terpapar dengan jelas dari tokoh May. Tidak hanya itu, bisa dilihat dari segala kebiasaan May yang suka membuat boneka dan cara berpakaiannya yang selalu memakai rok, atau baju terusan.

Tidak bisa dipungkiri memang dilandasi oleh latar belakang traumanya ketika peristiwa itu terjadi, ia sedang bersenang-senang ditaman hiburan memakai seragam sekolah. May merasa hidupnya terhenti dalam usia tersebut.

Selain itu, jika ditilik dari sosok sang ayah dari segi penggambaran tokohnya yang bekerja sebagai petinju bisa dikatakan bahwa laki-laki dari sisi maskulin adalah sosok yang kuat, perkasa, mampu melindungi, dan sebagainya.

Tetapi, saya memandang lebih dari itu. 27 Steps of May berusaha menumpas sekat antara sosok laki-laki dan perempuan. Mengingat bahwa korban bisa jatuh tidak memandang dari segi apapun. 

Selain itu, bahwa laki-laki juga bisa memiliki hati yang lembut, merasakan sendu yang mendalam terlihat dengan jelas bagaimana kegeraman seorang ayah yang gagal melindungi puterinya.

27 Steps of May juga menampilkan bahwa tidak hanya seorang perempuan yang harus bisa memasak, laki-laki juga. Terlihat bagaimana ayah May merawat anaknya yang bungkam dirisak tangis batin yang mendalam. Anak dan bapak hidup saling melengkapi di situ, tidak ada pengkategorian peran, semuanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Seperti ketika membuat boneka, dan sebagainya.

Film ini sebagai rujukan mawas diri akan pentingnya proteksi diri dan gebrakan aksi kepedulian sosial untuk berbagai lapisan masyarakat dalam mengurangi kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang silih berganti berdatangan setiap hari tanpa kita sadari.

Selain itu, film ini untuk mengetuk terbukanya pintu hati kita agar tidak menyudutkan penyintas pelecehan seksual dan pemerkosaan. Kita perlu melihat dengan berbagai pertimbangan kondisi psikologis penyintas. Bagaimana kehidupan datar si penyintas pasca insiden tersebut terjadi. Bahkan mungkin akan lebih baik, kita merangkulnya.

Tidak usah pandang bulu, asahlah kepekaan kita untuk menolongnya, setidaknya 27 Steps of May mampu berusaha mengajak kita untuk merasakan kondisi depresi dan trauma seseorang. Memahami menurut saya merupakan kunci penting untuk mampu membuka diri dan menyediakan rumah aman bagi para penyintas.

Saya merasa mendapatkan nilai kehidupan yang baru, ketika mengenal Ling Feng, Yu Temu, May, dan diri saya sendiri. Sejatinya kita harus memerangi hal-hal buruk yang bertentangan dengan diri kita. Sebab, itu merupakan suatu langkah untuk menerangi indahnya hidup kita di masa depan.

Salam.

Daftar Pustaka

Ayun, P. Q. (2015). Sensualitas dan Tubuh Perempuan dalam Film-film Horor di Indonesia (Kajian Ekonomi Politik Media). Jurnal Simbolika, 16-23.

Dayana, A. S. (2019, November 13). Daftar Lengkap Nominasi FF1 2019 : Ada 27 Steps of May, Bumi Manusia. tirto.id. Diakses pada 21 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun